Tuesday, August 27, 2019

Berkenalan dengan rumahima, Produsen Bantal Foto Homemade yang Unik



Assalamualaikum Mam, apa kabar?


Rasanya lama juga saya tidak update tulisan disini. Kangen deh rasanya lama tidak menyapa Mama-Mama yang kece. Setelah lama liburan anak sekolah, sepertinya Mamaknya pun ikut terhanyut dalam suasana libur, dan masih warming up untuk mempersiapkan tulisan baru.

Mams, sekarang di Bandung suhunya sedang dingin-dinginnya loh. Setiap dini hari menjelang subuh rasanya seperti di kutub. Hehehe…lebay. Saat mengambil air wudhu terasa dingin seperti air es. Cuaca dingin seperti ini, rasanya enak kalau memeluk sesuatu yang hangat dan lembut. Seperti anak saya ini, saat dingin melanda, dan perut semakin lapar, inginnya peluk bantal mie yang besar dan lembut. Semakin terbayang deh, rasa kuah mie yang hangat dan nikmat saat disantap dengan irisan cengek merah agar perut semakin hangat.

Thursday, May 16, 2019

Aliran Rasa Melatih Kemandirian Anak


Alhamdulillah akhirnya beres 10 hari melatih kemandirian Kaka. Banyak hikmah dan pelajaran dari proses melatih kemandirian kali ini. Yang jelas, bukan hanya Kaka yang belajar tapi Mamanya juga.

Kaka yang berlatih mandiri, Mama yang berlatih sabar dan konsisten melatih Kaka. Meskipun ada beberapa halangan misalnya saja, ketika sedang sakit dan tantangan menjadi tertunda, namun kami tetap berusaha melanjutkan.

Proses ini berawal dari kebiasaan yang baik. Lama kelamaan kami harap menjadi terbiasa dan menjadikannya sebagai kebutuhan hidup. Menjadi orang yang mandiri adalah bekal untuk kehidupan dimasa depan kelak.

Belajar terus, berlatih lagi, termasuk kami sebagai orang tuanya agar menjadi lebih baik. Bismillah, semangat!

#aliranrasagamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirianAnak
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional


Sunday, May 12, 2019

Aku Bisa Menyusun Lego Sendiri



Hari ke-10 Kaka belajar mandiri. Kali ini Kaka belajar menyusun lego sendiri. Bukan lego dengan bentuk besar, ini tiruan lego dengan ukuran kecil, dan agak rumit menyusunnya.

Berhubung mama papanya sedang mengerjakan pekerjaan yang lain, ia sendirian menyusun legonya tanpa bantuan.

Kaka mencoba merangkai lego dengan melihat buku petunjuk. Beberapa lama kemudian, ia memperlihatkan hasilnya pada saya. Ada bentuk rumah lengkap dengan pintu dan lampu luar,  beberapa jenis binatang seperti jerapah, kuda, ayam, anjing, serta panda lengkap dengan pohon bambunya.

Alhamdulillah, ternyata kaka bisa mandiri menyusun lego sendiri. Setelah selesai ia bermain dengan adiknya. Mereka bermain pretend play menggunakan lego yang kaka buat. Saya senang, karena kaka sudah bisa saya tinggal dan mau berusaha menyusun sendiri. Sementara saya bisa menyelesaikan pekerjaan domestik di rumah.

Semoga kedepannya, semakin banyak keterampilan yang bisa dilatih agar ia semakin mandiri. Aamiin.

#Harike10
#Tantangan10hari
#Gamelevel2
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
#@Institut.ibu.profesional

Friday, May 10, 2019

Aku Bisa Mencuci Mangkok Sendiri

Berlatih Mandiri


Hari ke-9 berlatih mandiri, masih fokus pada belajar mencuci piring sendiri. Karena sedang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan, maka Kaka belajar mencuci piring setelah makan sahur.
Kebetulan menu kali ini mie bakso home made.

Sebetulnya saya kehabisan ide dalam mengolah daging yang tersisa di kulkas. Berhubung adiknya sejak kemarin meminta saya masak bakso, maka saat sahur saya membuat bakso home made berkejaran dengan waktu.
Alhamdulillah sempat sahur dengan tenang.

Bakso dan mie adalah salah satu makanan kesukaan anak saya yang pertama. Biasanya kalau ada mie, makannya menjadi lebih lahap dan cepat. Mungkin hal itu dikarenakan mie tinggal di sruput dan langsung kunyah sebentar lalu telan. Selain itu ada kuahnya yang membantu memudahkan makan agar lebih enak di tenggorokan.

Kali ini kaka langsung makan sendiri. Ia menyuap mienya perlahan, hingga akhirnya habis. Saya menambahkan taoge dan buncis sebagai sayurnya. Agar ada tambahan gizi di dalamnya.

Selesai makan, saya memintanya membantu saya mencuci mangkok dan sendok garpu bekas ia makan. Kakak pun menurut. Perlahan dia menyapukan busa pada mangkok, kemudian membersihkannya dengan air. Setelah itu, kaka membersihkan sendok dan garpu. Walaupun masih nawar hanya mencuci bekas makannya sendiri saja, belum mau ditambah porsinya, tetapi saya sudah bersyukur. Alhamdulillah ia mau mencuci bekas makannya.

Semoga besok-besok kaka mau membantu mam mencuci di dapur sedikit lebih banyak dari sebelumnya. Biar kalau mama sakit ada yang gantiin. Hehe... bisa jadi rivalnya mama. Makasih ya Ka, sudah mau berusaha.

Prosesnya menjadi anak mandiri saya harap terus bertumbuh setiap harinya. Walaupun kadang ada rengekan malas, tapi jika dijadikan kebiasaan setiap harinya, semoga menjadi kebutuhan mandiri bagi dirinya sendiri tanpa paksaan dari siapapun. Aamiin.

#harike9
#Tantangan10hari
#Gamelevel2
#MelatihKemandirian
#KuliahBundaSayang
@Institut.ibu.profesional

Wednesday, May 8, 2019

Aku Bisa Mencuci Piring Sendiri



Hari ke-8 Kaka berlatih untuk mandiri.

Kaka senang sekali dengan ayam krispi. Mendengar Mama memanggilnya untuk makan dengan ayam krispi, ia sangat antusias. Kemudian makan dengan lahapnya.

Saya yang menemaninya makan sambil menyuapi adiknya, senang melihat ia mau makan sendiri dengan lahap. Mungkin Kaka sedang lapar juga, jadi makanan kali ini dihabiskan lebih cepat.
Setelah itu, saya memintanya untuk melatih kemandirian selanjutnya.

Kali ini Kaka belajar untuk mencuci piring sendiri. Awalnya Kaka sedikit menolak dan ingin segera bermain dengan adiknya, namun setelah diingatkan untuk melakukan proyek kebaikan, akhirnya Kaka mau mencucinya.


Kaka mengambil sabun cuci piring, menyabuni piringnya, kemudian membersihkannya perlahan. Ia juga mencuci sendok bekas makannya. Alhamdulillah sekarang Kaka mulai membiasakan diri untuk mencuci piring setelah makan.

Hasil cuciannya pun sudah terlihat bersih dan sreeet... kinclong. Jadi saya tak perlu khawatir lagi akan cuciannya yang masih bau amis.

Kebetulan saat Kaka disuruh mencuci piring, di dapur ada neneknya dan papanya. Mereka pun melihat prosesnya, dan akhirnya sudah percaya dengan kemampuan kaka setelah melihat hasilnya.

Semoga keterampilan kaka untuk belajar mandiri semakin bertambah, dan Kaka mampu konsisten menjalankan tugas sebagai anak mandiri. Aamiin.

#Harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#Melatihkemandirian
#KuliahBundaSayang
#@institut.ibu.profesional

Monday, May 6, 2019

Belajar Mencuci Piring Sendiri

Belajar Mencuci Piring Sendiri

Hari ke-7 belajar mandiri

Hari ini kami pulang aga sore karena harus menjemput mertua. Setelah sholat maghrib, ternyata Kaka terlihat lapar. Ia meminta saya menyiapkan ayam krispi kesukaannya.

Alhamdulillah sudah dibumbui tadi, saya jadi tinggal menggorengnya dengan tepung. Ayam ini memang kesukaan kaka. Biasanya, ketika perut lapar, ia memilih menu ini, dan makannya terlihat lahap sekali.

Benar saja, setelah ayam matang, ia mengipasi ayamnya supaya cepat dingin, kemudian kaka makan dengan lahap. Tak lama kemudian, ia berhasil menghabiskan ayamnya. Alhamdulillah.

Setelah itu, kaka membawa piring kotornya ke tempat cuci piring dan ia mencuci piringnya sendiri. Alhamdulillah ia sudah bisa mencuci dengan bersih.
Di sekolah, ia sudah terbiasa mencuci, maka di rumah pun saya membiasakannya untuk mencuci.

Semoga esok hari ia mau mencuci tanpa diminta. Mencuci piring sebagai awal latihan kemandirian tahap selanjutnya.
Aamiin.

#harike7
#Tantangan10hari
#Melatihkemandirian
#gamelevel2
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Sunday, May 5, 2019

Belajar Membereskan Rumah

Hari ke-6 latihan belajar mandiri Kaka.

Seperti biasa setiap pagi dimulai dengan belajar makan sendiri di meja makan. Masih berlatih membiasakan mengerjakan sesuatu sampai selesai. Setelah itu, menyimpan piring di tempat cuci piring.

Pagi hari, karena berencana akan pergi ke  suatu tempat, saya meminta Kaka membantu saya menyapu dan membersihkan kamar. Saya harus menyelesaikan mencuci piring dan mencuci baju agar pekerjaan cepat selesai.

Alhamdulillah, kaka bersedia membantu. Bantal dan guling sudah disusun diatas kasur saat saya selesai mencuci piring.
Kemudian, mainan adiknya dibereskan ke tempat mainan dan lantainya disapu sampai bersih.

Senang sekali rasanya, Kaka sudah mau belajar membereskan rumah sendiri. Alhamdulillah, perlahan tugas saya terbantu olehnya.

Semoga, proses belajar kakak menjadi anak yang mandiri berjalan lancar ke depannya. Semakin banyak latihan kegiatan mandiri, keahlian yang didapat semakin banyak. Aamiin.

#harike-6
#gamelevel2
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
#melatihkemandirian
@institut.ibu.profesional.

Friday, May 3, 2019

Aku Ingin Jadi Anak yang Mandiri

Belajar Mandiri Sejak Dini


Hari ke-5 Kaka berlatih untuk mandiri mengerjakan sesuatu. Awalnya Kaka belajar makan sendiri di meja makan sampai selesai. Agaknya, pelajaran ini sudah mulai berhasil. Apalagi kalau ia sedang lapar dan menyantap makanan kesukaannya.

Hari ini kebetulan saya memasak ayam goreng krispi kesukaannya. Semenjak usianya 2 tahun, ia mulai menyukai makanan yang crunchy. Ia lebih suka makanan garing dan kriuk daripada yang dipepes atau direbus.

Ketika ia minta makan, saya menyiapkan nasi beserta ayam goreng dan beberapa potong wortel kukus. Kakak langsung berpesan agar nasinya jangan kebanyakan.

Baiklah, saya langsung menuruti permintaannya. Ia kemudian makan dengan lahap, dan alhamdulillah habis.
Kontan saja ia langsung laporan pada Mamanya kalau makanannya sudah habis.

Saya memintanya untuk segera mencuci piringnya sendiri setelah makan. Alhamdulillah hari itu, ia mulai berlatih lagi mencuci piring sendiri.
Sebenarnya ia sudah terbiasa di sekolah untuk mencuci setelah makan, namun jika di rumah, masih harus diingatkan kembali.

Semoga ini menjadi awal untuk dimulainya kebiasaan baru yang lebih baik lagi. Berlatih mandiri sejak dini. Mempersiapkan kebiasaan baik diawal, untuk menjadi kebiasaan lebih baik lagi dimasa tua nanti.

Sorenya setelah berbelanja dari supermarket, kakak membantu saya membereskan belanjaan dan memasukkannya ke dalam kulkas tanpa saya suruh. Alhamdulillah, kebiasaan baru dimulai kembali.

Walaupun tanpa jadwal yang pasti harus berlatih apa setiap harinya, namun saya berharap dengan pembiasaan kaka selalu belajar mandiri dan lebih baik lagi setiap harinya. Menemukan alasan, mengapa saya harus bisa mandiri oleh diri sendiri, rasanya lebih indah daripada harus disuruh selalu oleh Mamanya.
Insya Allah bisa mandiri, dan pasti bisa.

Semangat Kakak, Kami mendukungmu.
#Harike5
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirianAnak
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional

Wednesday, May 1, 2019

Semangat Belajar Mandiri

Hari ke-empat kaka belajar untuk tetap makan di meja makan sendiri tanpa berjalan-jalan ke tempat lain.

Awalnya, masih tergoda untuk berjalan-jalan kesana kemari. Apalagi melihat adiknya yang sedang bermain di depan ruang TV. Namun, setelah berulang kali diingatkan, akhirnya kaka mau makan di meja makan dan menghabiskan makanannya tanpa sisa.

Prosesnya tentu saja tak berjalan mulus, ada rasa bosan melanda, ketika semua orang mulai beranjak dari meja makan. namun, saya terus menyemangati Kaka agar mau meneruskan makannya dan menghabiskan tanpa sisa.

Beberapa kali, Kaka terlihat bosan. Matanya mengalihkan pandangannya ke sekeliling. Adiknya yang berjalan lincah kesan kemari, membuatnya penasaran untuk segera melihat, apa yang terjadi di balik punggungnya.

Saya tak bisa terus menemaninya, saya harus mencuci piring dan membereskan rumah. akhirnya, saya memeberikan time out padanya. Saya meminta kakak untuk menyelesaikan makannya dalam waktu 15 menit. Akhirnya, ia merasa terpacu walau tak diawasi terus menerus. Saya yang hanya mengingatkan sambil lewat, melihat makanannya sudah hampir habis. Alhamdulillah, saya senang sekali. Hingga akhirnya Kaka sendiri yang menunjukkan piringnya sudah kososng. "Aku berhasil Ma!" 

Kaka semangat makan sendiri, setelah dinasehati berulang kali oleh mama papanya. Ia ingin memperbaiki diri, dan mulai belajar disiplin. Kami ingin disiplin kaka ini menjadi kebiasaan sampai usianya dewasa kelak. Semoga ketika dewasa nanti, disiplin dan manajemen waktu feeza semakin baik, dan mampu lebih baik lagi dari hari ini. Aamiin.

#harikeempat
# Tantangan10hari
#MelatihKemandirianAnak
#Gamelevel2
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional

Kenali Penyebab Berkurangnya Bahagia dan Cara Menciptakan Bahagia Diawali dari Diri Sendiri




Halo Mams, apa kabar?

Beberapa waktu yang lalu, saya merasa semangat untuk bergerak sangat rendah sekali. Badan saya rasanya tidak fit, kurang tidur karena beberapa hari harus menjaga anak yang sedang sakit, ditambah lagi flu dan batuk yang tak kunjung sembuh menambah berat sakit kepala.


Di saat seperti ini, rasanya ingin sekali tidur dan mengistirahatkan badan. Ternyata, kenyataan berkata lain, saya harus menyiapkan kebutuhan suami dan anak pertama yang akan pergi ke sekolah. Sementara itu, anak ke dua yang terdengar sedang batuk terus menerus membuat saya segera berjalan ke arahnya dan membawakannya air hangat. 

Badannya yang demam, ditambah flu, dan batuk berat membuatnya tak nyaman untuk beraktivitas. Pastinya dalam keadaan seperti ini hanya ingin dipeluk dan digendong oleh Mamanya. Ia hanya mau tidur jika dipeluk Mamanya. Mama tak boleh beranjak pergi menjauh karena lebih nyaman jika duduk dan dipeluk Mama. Hmm… Mama butuh tenaga ekstra saat hal ini sedang terjadi.

Perhatian saya pada adiknya, ternyata harus bisa adil terbagi pada kakaknya yang menanyakan berbagai keperluannya sekolah. Padahal saya sedang ditawan oleh adiknya yang sedang sakit. Mau tak mau saya harus bergerak. Memasak sarapan yang simple, dan menyiapkan bekal sekolah kakak. Adik sementara saya minta duduk beristirahat sambil menonton tv.

Memasak, menyiapkan bekal, dan memandikan anak adalah kegiatan rutin setiap pagi hari yang harus dilakukan sebelum berangkat sekolah. Saya harus punya tenaga ekstra dan pikiran yang tenang serta bahagia dan ikhlas menjalani peran. Jika tidak, maka pekerjaan yang tak ada habisnya hanya akan menyisakan lelah dan sakit, tanpa pahala melimpah dan pancaran cahaya bahagia.Walaupun terkadang, godaan untuk marah muncul seketika pada saat badan sedang tidak fit, anak rewel, sementara banyak pekerjaan yang harus dikerjakan cepat. 

Semua itu membuat kepala pening dan mudah marah. Semakin lama memendam, ternyata malah tidak baik. Jika semua sudah berada di puncak kemarahan dan kesabaran stoknya semakin menipis, semua akan kena imbasnya. Pernah mengalami hal ini tidak, Ma?

Disinilah saatnya Mama mulai introspeksi diri dan flash back mengapa hal ini bisa terjadi. Karena jika hanya dipendam dan menyimpannya dalam-dalam, suatu saat akan menjadi bom waktu yang akan meledak dengan sangat dahsyat. 

Bahagia itu perlu diciptakan dalam diri

Nah, setelah flash back saya merasa ternyata kebahagiaan itu mutlak diperlukan dalam pengasuhan. Bahagia itu, harus saya yang menciptakan. Bukan mencari dimana arti bahagia, namun ciptakan sejak awal dalam diri sendiri.

Lalu, kenapa bahagia itu harus dimiliki oleh para ibu? Karena dari ibulah cahaya dalam rumah itu terpancar. Ibu yang memberikan sinar kehangatan untuk anak dan suami sehingga rumah terasa surga. Jika sudah tercapai keadaan ini, pastinya semua betah tinggal di rumah. 

Apa jadinya jika rumah terasa seperti kuburan? Tak ada sapaan, canda tawa, apalagi pancaran kehangatan ibu dengan segala kasih sayangnya. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan,"Jika kau ingin merusak kehangatan sebuah keluarga, maka rusaklah jiwa ibunya." Ibu yang sudah masuk pada fase ini, akan membuat seisi keluarga hancur. Suami, anak, tak kan pernah betah di rumah. Maka, marilah kita bahagiakan diri kita sendiri dulu sebelum bisa mengabdi dalam keluarga dan masyarakat. 

Untuk dapat menjalani hidup dengan bahagia ternyata ada banyak hal harus diperbaiki. Diantaranya, kita perlu mencari tahu dahulu penyebab mengapa kebahagiaan itu seolah hilang dalam kehidupan. 

Ada beberapa penyebab diantaranya adalah :

# Sibuk dan Jenuh dengan Rutinitas Harian
Kesibukan Ibu rumah tangga yang begitu padat dengan jadwal harian tanpa jeda, membuat para Ibu terkadang jenuh dan telalu letih. Ia merasa kurang hiburan dan banyak tekanan. Di saat seperti inilah ibu rumah tangga sering merasakan kurang bahagia, dan berdampak pada lingkungan sekitar.

#Kurang Bersyukur dan Mentafakuri Diri
Sebagai Manusia yang berinteraksi dengan lingkungan sosial disekitarnya, terkadang kita sebagai Ibu banyak terpengaruh oleh gaya hidup dan berita yang belum tentu benar dan baik diterapkan dalam hidup. Pengaruh lingkungan, selalu melihat ke atas dan merasa iri akan keberhasilan orang lain, membuat kita kurang mensyukuri nikmat apa saja yang telah Allah berikan untuk kita. Akibatnya kita merasa diri ini yang paling menderita, padahal kita sendiri yang perlahan mengikis kebahagiaan yang sudah Allah berikan untuk kita.

# Kurang Mengenali Penyebab Berkurangnya Kebahagiaan
Apabila ditelusuri, ternyata kebahagiaan itu berkurang karena kita kurang menyadari penyebab berkurangnya kebahagiaan. Tolak ukur bahagia setiap orang pastinya berbeda-beda. Namun, terkadang sering melihat kebahagiaan dari kaca mata orang lain, menyebabkan kita menjadi kurang peka.


Setelah menyadari, mengapa kebahagiaan kita seolah hilang dari kehidupan, marilah kita ciptakan bahagia itu dalam diri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

a.     Bersyukur atas Semua Nikmat yang Telah Diberikan oleh Allah
Sebagai hamba, kita wajib bersyukur atas semua pemberian Allah. Sekecil apapun nikmatnya, Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita. Nafas yang bisa dihirup setiap pagi, bercengkrama dengan anak-anak, dan memulai hari dengan senyuman.

b.     Mulai Hari dengan Keyakinan dan Kepercayaan Diri
Setiap hari yang kita miliki, kita mulai dengan keyakinan dalam diri bahwa kita mampu melewatinya dengan bahagia. Jika ada aral melintang, maka ubah mind set kita dengan kalimat positif, bahwa ini harus tantangan yang harus ditaklukkan.

c.     Berpikir Sederhana
Pola berpikir kita yang terkadang terlalu jauh memandang kedepan, membuat kita jenuh dan dipenuhi oleh pikiran negatif. Ini hanyalah akan membuat pekerjaan semakin menumpuk, tanpa penyelesaian. Lebih baik pikirkan pekerjaan yang prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu, selesaikan satu per satu. Just simplify your Life.

d.     Berikan Award pada diri Sendiri
Setelah semua pekerjaan selesai dikerjakan, tak ada salahnya jika memberikan penghargaan pada diri sendiri. Bisa dengan melakukan perjalanan wisata, makan cokelat, atau beristirahat menonton film kesukaan. Apapun itu, yang dapat membuat kita nyaman dan menghargai setiap usaha yang telah kita lakukan.

e.     Berikan Waktu Istirahat untuk Diri Sendiri
Terkadang kebahagiaan menjadi tidak terasa, karena kita terlalu memaksa diri ini bekerja diluar kemampuan. Agar hal itu tidak terjadi, maka kita harus mengukur diri sebelum menerima pekerjaan. Buat skala prioritas, jadwal pekerjaan, dan tak lupa untuk me time. Hal ini akan mempermudah kita dalam melakukan pekerjaan, dan menikmati setiap kebahagiaan yang hadir. Saat badan sudah terasa lelah, lebih baik beristirahat terlebih dahulu, memberikan hak untuk tubuh. Setelah siap, barulah kita melanjutkan kembali pekerjaan yang belum selesai.

Kebahagiaan itu kita yang merasakan, semua dapat tercipta asal kita menikmati hidup diiringi syukur pada Allah. Semoga, setelah introspeksi diri, kebahagiaan dapat Mama ciptakan sendiri dan ditularkan untuk orang lain. Mama bahagia, anak dan suami lebih bahagia.
Selamat mencoba tips di atas ya Ma, semoga berhasil.  

#Bahagia







Saturday, April 27, 2019

Ayo Suap Makananmu Sendiri

Hari ketiga kami melatih Kakak dan adik untuk belajar makan sendiri di meja makan.

Berlatih mandiri di hari ketiga ternyata diluar dugaan. Hari ini kami mendadak harus ke Rumah Sakit karena Kaka yang tiba-tiba terlihat aga sesak nafasnya.

Saya mengajak mereka segera bersiap-siap dan sarapan seadanya. Waktu yang tersisa hanya sedikit, jadilah saya masak yang simpel. Kebetulan semalam saya sudah menyiapkan ikan tuna filet yang sudah dibumbui, paginya tinggal digoreng.

Setelah kedua anak saya mandi, saya meminta mereka untuk segera duduk di meja makan dan sarapan. Kini, mereka sudah terbiasa untuk duduk di meja dan menikmati hidangannya.

Awalnya mereka begitu antusias, karena menyukai krispinya ikan yang digoreng. Namun, lama kelamaan konsentrasi makan agak terganggu. Adiknya sudah tidak bisa diam lagi, ia ingin mengambil minum, dan mencari mainan kesukaannya. Begitu pula dengan Kakaknya, ia tidak ada teman dan mulai merengek kesakitan karena ada sariawan diatas langit-langit mulutnya.

Saya mencoba meminta mereka tetap makan, namun karena waktu sudah beranjak siang, akhirnya makanannya saya bawa untuk dibekal dalam perjalanan. Tak apalah untuk hari ini dimaklumi, Kakak dan Adik masih belum maksimal belajarnya.

Semoga esok, bisa lebih baik lagi berlatih makannya. Makan sendiri dan habis sampai selesai. Aamiin.

#harike3
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirianAnak
#KuliahBundaSayang
@Institut.Ibu.Profesional

Friday, April 26, 2019

Berlatih Mandiri Sejak Dini



Belajar melatih kemandirian anak di hari kedua masih terus diupayakan. Belum beranjak dari melatih anak makan sendiri dengan menu yang tersedia di meja makan.

Proses kemandirian ini masih terus diupayakan karena terkadang anak masih tergoda untuk makan sambil nonton tv.

Bukan apa-apa sih, tv itu godaan dahsyat yang membuat anak lupa menyuap makanannya ke mulut. Ia hanya akan ternganga menonton tv, tanpa menghabiskan makanan. Belum lagi jika penasaran melihat tokohnya, bisa bulak-balik maju kedepan dan kebelakang.

Alhamdulillah sarapan pagi berlangsung tanpa drama. Kedua anak saya mau makan tanpa disuapi. Mereka menyantap ayam goreng dan nasi putih ditambah tumis jamur kancing. Maklum karena pagi hari, menu yang tersedia belum lengkap. Saya hanya sempat masak ayam dan jamur. Yang penting sudah ada nutrisi yang masuk ke tubuh mereka.

Bismillah, semoga lancar untuk hari selanjutnya.

#harikedua
#Gamelevel2
#Tantangan10hari
#MelatihKemandirianAnak
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional

Thursday, April 25, 2019

Melatih Kemandirian Anak


Belajar mandiri mengerjakan segala sesuatunya sendiri ternyata butuh waktu yang panjang. Walaupun dulu saya pernah mengajak anak pertama saya untuk menjadi patner dalam game level 2 ini, namun rasanya tetap saja saya belum berhasil sepenuhnya mengajak ia berusaha mandiri dengan kesadaran sendiri.

Mandiri yang tanpa paksaan dari orang tuanya, dan menganggap hal tersebut menjadi kebutuhan pribadinya, butuh pembiasaan dan contoh dari orang tua.

Maka dari itu, saya ingin memulai lagi proses belajar mandiri bagi anak saya yang pertama. Saya yakin, jika kakaknya sudah berhasil, maka adiknya akan mencontoh kakaknya dalam bersikap.

Ada beberapa hal yang ingin saya latih, diantaranya adalah :

# Mandiri ketika makan
(Makan sendiri tanpa disuapi dan belajar membereskan serta mencuci piringnya sendiri)

Di sekolah, sudah dibiasakan untuk makan mengambil makanan sendiri, kemudian mencuci piringnya. Saya berharap kegiatan ini juga ia kerjakan di rumah, tanpa harus disuruh lagi.

#Mandiri membagi waktu

Karena usianya yang semakin besar, saya ingin melatihnya untuk bisa belajar membagi waktu.
Waktu adzan ia harus bersiap sholat
Waktu pagi hari untuk berolah raga
Waktu maghrib untuk belajar iqra, dan waktu lainnya. Saya ingin mengajarkan padanya bahwa waktu tidak boleh disia-siakan. Ia harus mengerti mana yang harus diprioritaskan atau didahulukan, mana yang bisa ditunda.

Belajar membuat jadwal kegiatan sendiri, dan belajar untuk menaatinya.

#Mandiri dalam membereskan mainan dan kamar tidur

Sebenarnya ini pun sudah mulai dilatih sejak usianya 3 tahun. Namun, karena masih dipengaruhi oleh mood yang sering berganti-ganti, maka terkadang ia lakukan, terkadang tidak.

Semoga dengan adanya jadwal kegiatan dan reward ketika ia berhasil mengerjakan tugasnya, menjadi pembelajaran untuk kebiasaan sampai ia dewasa kelak.

Minggu pertama kami masih berlatih untuk makan mandiri di meja makan.

Hal ini dikarenakan ketika makan kaka masih sering di depan tv dengan waktu yang lama. Belum lagi tidak fokus dan menonton tv sampai maju ke depan layar tv dengan jarak yang dekat.

Kami ingin kaka berubah, bisa makan di meja makan dengan waktu yang tidak terlalu lama, agar ia tau bagaimana seharusnya membagi waktu.

Alhamdulillah, pagi ini bisa terlaksana. Saya menyiapkan piring berisi nasi plus lauknya untuk kakak dan adik. Mereka makan di meja makan, menikmatinya sampai habis.

Saya ingin membiasakan alur setelah makan, menyimpan piring kotor di tempat cuci piring, kemudian mencucinya.

 Hari ini, baru sampai pada makan sendiri di meja tanpa disuapi. Semoga saja besok ada perubahan ke arah yang lebih baik. Aamiin.

#hari1
#gamelevel2
#Tantangan10hari
#Melatihkemandirian
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional

Wednesday, April 17, 2019

Aliran Rasa Komunikasi Produktif dalam Keluarga



Komunikasi Produktif

Alhamdulillah tugas T10 telah selesai dikerjakan. Ada banyak hikmah yang dapat diambil setelah melaksanakan tugas tersebut. Semakin menyadari bahwa komunikasi adalah kunci kita bisa berinteraksi dengan orang lain.

Cara kita bertutur kata, baik dengan pasangan maupun dengan anak, banyak perbaikan setelah menjalankan tugas ini.
Materinya tepat, langsung dipraktekkan apalagi. Lebih mengena dan membekas dalam hati.

Setiap kita berbuat dan ada sesuatu yang mengusik kesabaran, selalu teringat akan materi ini. Rasanya diingatkan terus menerus bagaimana seharusnya mengambil sikap.

Memang benar, komunikasi yang baik didukung oleh ilmu tentang komunikasi yang mumpuni. Terasa sekali bukan hanya ucapan verbal yang membuat penerima mampu mengerti apa yang dimaksud oleh pembicara. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah intonasi dan gestur tubuh.

Kini anak sudah bisa mengerti ketika ibunya sedang marah, sedih, maupun  bahagia ketika gestur tubuh sudah terlihat walaupun suara belum terucap.

Semoga setelah belajar komunikasi ini, saya lebih baik dalam berkomunikasi dengan suami dan anak-anak. Kami dapat saling mengerti satu sama lain. Mengurangi, bahkan menghilangkan nada tinggi, berbicara lebih baik, dan tidak lagi menggunakan ego anak kecil ketika sedang berhadapan dengan permasalahan. Insya Allah bisa, Aamiin.

#AliranrasaKomunikasiProduktif
#Gamelevel1
#Tantangan10hari
#Kuliah Bunda Sayang
#KomunikasiProduktif
@institut.ibu.profesional

Saturday, April 13, 2019

Belajar Bertanggung Jawab Membereskan Mainan

Setiap hari, Kaka dan adik biasanya suka bermain peran. Memainkan mainannya berupa miniatur dinosaurus, boneka, tayo mini bus, dan berbagai perintilan kecil lainnya. Sayangnya, selesai bermain jarang sekali dikembalikan pada tempatnya.

Mainan yang satu selesai dimainkan, ganti lagi pada mainan berikutnya. Apalagi jika sedang merangkai cerita yang membutuhkan banyak barang. Semua mainan disusun rapi, berjejer diatas meja tivi atau di tangga. Mereka seperti pemain film yang sedang menunggu gilirannya untuk naik di atas panggung.

Jika keadaan seperti ini terjadi, biasanya saya diamkan terlebih dahulu. Selesai puas bermain, setelah beristirahat di kamar, mereka akan kembali menyentuh mainannya. Saat itulah saya meminta tolong untuk membantu membereskan mainan. Terutama pada sang Kaka yang sudah besar.

Saya ambil keranjangnya, meminta mereka mengembalikan mainan ke tempat semula.

Kebetulan saat itu, adiknya pup dan saya meminta bantuan kaka untuk membereskan mainan yang tadi berceceran di lantai, sementara saya membersihkan sang adik.

Biasanya, setelah dibersihkan pupnya saya mandikan sekalian agar bersih. Selesai mandi, adik berendam lama dengan mainannya. Saat itulah saya melihat kembali ke ruangan yang penuh dengan mainan berantakan.

Alhamdulillah, saat melihatnya mainan tersebut sudah rapi dan dibereskan kaka. Bahkan lantai yang kotor terkena bekas makanan adiknya, sedang disapukan oleh kaka. Saya memujinya atas prestasinya hari ini. "Terima kasih ya, Kaka sudah bantu Mama beres-beres hari ini. Mama sayang Kaka." Kami pun berpelukan.

Senang sekali rasanya Kaka sudah mulai punya kesadaran sendiri terhadap kebersihan lingkungan.

"Aku mau beresin mainan sebelum dede selesai mandi," jawabnya setengah berbisik.

Ia ingin memberi kejutan pada Mama dan adiknya. Masya Allah, saya terharu. Semoga kejadian ini, bukan hanya kali ini saja, namun berulang terus dan Kaka bisa memberi contoh pada adiknya.
Adik biasanya akan meniru apa yang sedang dilakukan kakaknya.

Hikmahnya setelah memberikan pujian spesifik, kaka menjadi lebih bertanggung jawab. Hubungan bounding ibu dan anak pun menjadi lebih erat.

Saya senang sekali atas perubahan sikapnya, semoga hal ini menjadi kebiasaan hingga ia tumbuh dewasa. Bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dikerjakan olehnya.

#Harike10
#Tantangan10hari
#Gamelevel1
#KomunikasiProduktif
#KelasBundaSayang
@institut.ibu.profesional.

Friday, April 12, 2019

Menghormati Lawan Bicara dengan Mendengar Seksama

Lihat, Dengar dan Hormati Lawan Bicara

Alhamdulillah tantangan kali ini sudah masuk hari ke 9. Perjalanan panjang mengenai cara berkomunikasi agar bisa produktif baik itu dengan seumuran atau yang lebih tua dan yang lebih muda.

Seperti biasa kami sering bercanda sambil berdiskusi saat sedang leyeh-leyeh beristirahat sambil dipijit.

Momen yang tepat agar sebelum tidur family forum ini bisa terlaksana. Biasanya sambil pijit memijit, saya menanyakan apa yang terjadi di sekolah. Namun, rupanya setiap kami memanggil, Kaka seperti sedang tidak konsentrasi. Ia selalu mengulang dengan berkata, "Apa?"

Mendengarnya kami menjadi semakin gemas. Bingung mengapa Ia tidak bisa menangkap apa yang diceritakan oleh kami. Padahal jarak kami bercerita cukup dekat dan apa yang dibicarakan pun simple.

Akhirnya, saya mencoba mengurai pernyataan diawal dengan memberitahukan informasi secara sederhana. Teringat rumus komunikasi produktif yang harus menyampaikan informasi secara sederhana.

Perlahan, informasi yang saya beritahukan diserap. Kaka mulai dapat mengulang apa yang saya katakan. Kami sengaja menyuruhnya mengulang kembali agar ia ingat.

Disamping itu, kami menasehatinya dengan cara menggunakan contoh. memberinya contoh diawal, menceritakan pengalaman masa lalu, agar ia memperbaiki diri dan bersikap lebih baik saat lawan bicara.

Alhamdulillah setelah ditanya ulang, Kaka bisa menjawab pertanyaan kami. Kini lebih baik dalam mendengarkan lawan bicara.

#Harike9
#Tantangan10hari
#Gamelevel1
#KuliahBundasayang
#KomunikasiProduktif
@institut.ibu.profesional

Thursday, April 11, 2019

Dengarkan Seksama Penjelasan Lawan Bicara

Belajar Mendengar Penjelasan Orang Tua

Cuaca di Bandung hari ini panas sekali. Rasanya ingin segera masuk ke dalam dinginnya air kolam renang.

"Gerahnya", kata Papa.

"Dede mau renang?" Tanya Papa pada Zafran.

Kaka yang mendengar kata renang, langsung saja sumringah. Ia ingin juga ikut nyemplung ke dalam kolam supaya badannya terasa segar.

"Aku juga mau renang," Kaka setengah merengek pada Papanya.

Papa langsung menanggapi dan bilang, "Kata dokter Kaka belum boleh renang. Kaka masih harus istirahat, sedangkan dede tak apa renang."

Seketika Kaka langsung berurai air mata.

"Kenapa aku ga boleh renang?" Ia berusaha mencari penjelasan.

Papa yang sudah menjelaskan diawal merasa gemas. Namun, tetap saja kaka tak terima. Ia merasa kalau ia dibedakan dengan adiknya.

Saya juga ikut memberi penjelasan karena gemas melihat Kaka yang menangis.

"Ka, kaka belum boleh renang karena kata dokter telinga kaka sakit. Harus istirahat dulu dua minggu sayang."

Rupanya Kaka salah paham, ia harus diajak duduk berdampingan. Menerapkan kaidah 7%-38%-55% dalam komunikasi produktif agar semakin yakin kalau informasi yang ingin kita berikan diterima dengan baik.

Perlahan, saya menjelaskan padanya, mengulang kembali penjelasan diatas dengan intonasi yang merendah serta gestur tubuh yang meyakinkannya.

Akhirnya ia sadar kalau penerimaannya salah. Kaka meminta ijin untuk menemani adiknya main, hanya sekedar basah-basahan namun bukan berenang.

Alhamdulillah, kini kami pun mulai terbiasa menggunakan kaidah 7%  suara, 38% intonasi dan 55% gerakan tubuh.

Ternyata anak-anak pun mulai mengerti kalau melihat Mamanya melotot, tersenyum, atau sedang jahil bercanda.
Semakin terbiasa dengan kaidah ini, Kaka pun mendengar tanpa harus mengeluarkan urat lagi jika dipanggil.

Belum sepenuhnya sih, tapi kami masih tetap berusaha belajar memperbaiki diri setiap harinya. Semoga kedepannya lebih baik lagi.

#harike8
#Tantangan10hari
#Gamelevel1
#KelasBundaSayang
#KomunikasiProduktif
@institut.ibu.profesional

Wednesday, April 10, 2019

Ayo Belajar Ungkapkan Perasaanmu

Proses Belajar Komunikasi Produktif keluarga Shalia

Sore itu sepulang sekolah Nafeeza segera masuk ke dalam rumah. Ia disambut oleh kami bertiga dengan wajah sumringah. Namun, tiba-tiba saja raut wajahnya berubah saat ayahnya memberi tahu, bahwa kami bertiga (saya, ayahnya, dan adiknya) baru saja pulang dari pantai.

Ia langsung saja berkomentar, "Aku iri, Papa!" Sambil berusaha menahan jatuhnya air mata.

 Hmm... ternyata reaksinya sesuai dugaan kami. Ia masih belum bisa menahan dan bereaksi sewajarnya untuk mencari tahu kebenaran berita yang disampaikan oleh orang lain.

Papanya yang melihat anaknya menangis langsung memeluk anaknya. Ia gemas sekaligus sedih melihat anaknya yang masih saja bisa dibohongi orang lain tanpa mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya.

"Masa baru dibilangin gitu aja langsung nangis!" Ujar Papanya.

"Aku iri Papa," Kaka membalas ucapan Papanya dengan nada kesal.

Akhirnya Papa menjelaskan sambil menyuruhnya duduk berhadapan. Berusaha sejajar, saling melihat dan nada yang ramah.

"Kaka, kalau dapet informasi apa-apa itu dicerna dulu. Dicek dulu kebenarannya. Jangan langsung nangis atau marah." Papa berusaha menjelaskan panjang lebar.

"Coba dipikir dulu, apa bener Papa sama Mama pergi ke Pantai. Berapa lama dalam perjalanan, sedangkan tadi pagi masih ketemu dirumah. Masa jam 3 sore udah balik lagi?" Papa mulai menguraikan masalah menjadi solusi.

"Pantai itu jauh,Ka. Minimal pulang pergi aja harus 12 jam." Tambah Papa.

Kini Kaka berhenti menangis. Mulai berpikir dan mencerna apa yang sudah diberitahu oleh ayahnya. Ia merasa apa yang diperbuatnya itu salah.

"Mama tadi habis makan enak loh, Ka. Makan udon. Kaka kehabisan deh, ga kebagian. Abis Kaka telat datengnya!" Timpal saya menambahkan.

 Saya ingin mengecek sejauh mana ia memahami apa yang dijelaskan oleh Papanya barusan.

Kaka yang baru saja dibriefing oleh Papanya, merasa ucapan saya tak serius.

"Emangnya beli Udon berapa, dimana? Masa Kaka ga disisain!" Ia langsung memberondong saya dengan berbagai pertanyaan tanda menyelidiki.

Langsung saja Ia memeriksa meja dapur dan mencari siapa tau ada makanan enak yang bisa dimakan. Ia tak percaya apa yang saya katakan.

"Nah, ini ada udon punya siapa?" Ia menemukan 1 bungkus udon lengkap dengan udang tempura.

"Buat Kaka lah, masa Mama ga inget sama anaknya." Hehehe... saya menjawab dengan bercanda.

Alhamdulillah, ia sudah bisa mengerti apa yang dijelaskan oleh Papanya. Kini ia sudah bisa belajar mengungkapkan perasaan dan mencari tahu kebenaran dari pernyataan orang lain.

Ia harus mau menyelidiki apa benar yang diucapkan orang itu dan menanggapinya dengan kepala dingin. Bukan dengan menangis.

Hikmahnya setelah kita berkomunikasi dengan baik, memakai kontak mata, duduk sejajar, dan bicara satu level dengan anak, maka ia akan mendengar lebih seksama dan memahami apa yang kita jelaskan.

Kami merubah cara berkomunikasi dengan anak. Lebih tenang, berusaha lebih paham, dan menyampaikan penjelasan sederhana dengan nada sejajar dengan anak. Insya Allah perlahan banyak yang telah diperbaiki.

Mari berubah ke arah yang lebih baik, yuk. Semangat Kaka!

#Harike7
#Tantangan10hari
#Gamelevel1
#KelasBundaSayang
#KomunikasiProduktif
@institut.ibu.profesional



Tugas Apresiasi Tulisan


Tugas kali ini untuk mengapresiasi tulisan rekan di kelas bunda sayang.

Saya memilih cerita dari Mba Ria yang dapat dilihat disini

Saya menyukai caranya bercerita. Selalu saja ada kejadian menarik dari kegiatannya bersama anak-anak.

Selain itu, bahasannya jelas dan ada hikmah di dalamnya. Bisa menjadi refleksi diri dalam membersamai anak.

Sebagai ibu, tentunya saya butuh banyak referensi dan berbagi pengalaman dengan ibu pembelajar lainnya mengenai proses membersamai anak-anak. Hal ini dapat menginspirasi saya untuk kedepannya bagaimana bersikap dan memahami kebutuhan anak tanpa harus adu otot. 

Biasanya dengan berbagi pengalaman, apalagi jika pernah dalam posisi yang sama, maka kita akan merasa lebih lega. Disamping itu pengalaman kita dapat bermanfaat untuk orang lain.

Semoga kedepannya, kami para ibu dapat berbuat lebih baik lagi dalam membersamai tumbuh kembang anak. Menggunakan cara komunikasi yang produktif, sehingga anak tak lagi merasa segan atau canggung dalam berhubungan dengan orang tuanya. Aamiin.

#Tugasapresiasi
#KelasBundaSayang
@institut.ibu.profesional

Mendadak Liburan dengan Anak Tanpa Mainan? Enjoy Aja Lagi


Halo Mama, apa kabar?

Kali ini saya mau berbagi pengalaman ketika tiba-tiba suami mengajak liburan bersama anak-anak.

Rencana yang tiba-tiba pastinya membuat kami senang sekali. Bagaimana tidak, biasanya liburan harus menanti suami cuti dan pas dengan jadwal libur anak sekolah.

Walaupun perginya hanya sekedar beberapa hari, namun karena mendadak ada saja beberapa item yang tertinggal. Mulai dari mainan kesukaan, sikat gigi, atau barang perintilan lainnya.

Jika tempat liburan di kota, kami bisa membeli barang yang kami butuhkan secara dadakan. Namun, kalau harus membeli mainan mahal di tempat wisata, rasanya sayang ya. Mengingat di rumah banyak mainan yang masih bisa digunakan. Kalau harus beli lagi, kan jadi pemborosan. Hehehe... Emak irit mode on.

Nah, ada beberapa tips yang dapat dilakukan jika mainan yang disukai anak-anak tertinggal. Hal ini bisa menjawab kegundahan kita sebagai emak-emak jika anak rewel ditengah liburan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah :

# Bermain Peran

Anak saya senang sekali jika diajak bermain peran. Kita bisa menggunakan barang yang ada di sekitar. Entah itu sisir, minyak kayu putih, bedak, dll. Anak akan semakin kreatif membuat cerita sendiri, menambah kosakatanya. Biasanya mereka tak mau jika Mamanya ikut main, menganggu katanya. Alhamdulillah, bisa me time😁

# Bermain Menumpuk Benda

Barang yang dibawa untuk liburan tentunya terbatas. Tidak semua mainan anak bisa dibawa. Nah, untuk menyiasatinya, kita bisa menggunakan barang berupa kosmetik yang dibawa, untuk ditumpuk. Kalau anak saya bilangnya main gedung-gedungan. Kadang dia asyik sendiri menyusun barang hingga menjadi gedung yang tinggi.

#Bercerita dan Mendongeng

Bingung tak ada yang dapat dilakukan, biasanya saya membawa anak-anak ke kasur. Untel-untelan sambil bercerita. Mereka akan merespon apa yang saya ceritakan. Menambahkan ceritanya sesuai ide masing-masing. Makin asyik lagi jika mendengar suara aneh yang ditimbulkan saat mendongeng, disertai gerakan gestur tubuh kita yang menarik untuk mereka.
Kadang mereka tertawa, kadang terlihat ketakutan, atau terharu. Seru deh pokoknya.

# Bermain Petak Umpet

Ini permainan ampuh yang dapat dilakukan untuk melupakan waktu dikala bosan. Mereka senang bersembunyi mencari tempat yang aman. Lucunya, karena kedua anak saya masih kecil, mereka malah menampakkan diri setelah saya selesai menghitung. Padahal seharusnya tetap bersembunyi, hehehe...
Namanya juga anak-anak ya. Sudah diberi tahu aturan main, tetap saja datang dan mencari mamanya. Mungkin mereka takut bersembunyi di tempat gelap.

# Berjalan-jalan Melihat Pemandangan

Kala anak sedang rewel di tempat wisata, biasanya ia akan diam saat diajak berjalan-jalan. Semakin senang jika menemukan jajanan khas yang jarang ditemui. Es krim misalnya, jika cuaca sedang panas, pastinya menjadi pelepas dahaga yang menyenangkan.

#Bermain Tebak-tebakan

Kita bisa menciptakan ide kreatif bermain tebak suara, tebak lagu, atau pertanyaan lucu yang membuat anak harus menebak apa jawaban yang benar. Kami sering saling berpandangan karena kesulitan mencari jawaban. Eh, taunya jawabannya nyeleneh diluar dugaan kami. Walau begitu, tetap asyik loh, Mams.

Permainan ini cukup efektif membuat anak kembali ceria dan tidak cranky serta dapat menghabiskan waktunya bermain bersama.

Nah, semoga tips diatas bisa membantu ya, Ma. Saya biasanya mencoba tips diatas ketika anak-anak rewel. Alhamdulillah berhasil, dan anak-anak tetap enjoy menikmati liburan.

Selamat mencoba Mama, semoga berhasil ya. Salam sayang saya untuk si kecil.




#LiburanbersamaAnak
#FamilyTime



Saturday, April 6, 2019

Mengapa Anak Perlu Belajar Bicara Mengungkapkan Pendapatnya?

Mengapa Anak Perlu Belajar Bicara ?

Halo Mams, apa kabar ?

Masih belum bosen kan baca postingan mengenai komunikasi?

Ternyata komunikasi adalah bab pertama yang menjadi pembuka untuk keberhasilan belajar di tahap selanjutnya. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan bekal kita dapat berhubungan dengan orang lain. Bagaimana orang lain bisa paham apa yang kita maksud, begitu pula sebaliknya kita paham apa yang dimaksud oleh orang lain.

Nah, komunikasi yang akan saya bahas kali ini mengenai komunikasi dengan anak.

Pernahkah Mama merasa kebingungan saat anak tiba-tiba pulang ke rumah sambil menangis?

Saat Mama menanyakan apa yang terjadi, ia hanya diam saja tanpa mau bicara. Di lain kasus ada pula anak yang hanya terdiam ketika mainannya direbut oleh orang lain, atau hanya melamun saat disuruh melakukan sesuatu.

Ternyata hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kesalahan dalam berkomunikasi antara anak dan orang tua. Saat ditelusuri ada kesalahan saat kita menyampaikan apa yang kita maksud kepada anak kita.

Anak adalah peniru ulung. Mungkin mereka hanya dapat mencontoh apa yang telah kita perbuat tanpa kita sadari. Mereka terkadang tak dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan, tapi lebih cepat meniru apa yang kita perbuat.

Oleh karena itu, hal yang paling mendasar kami perbaiki adalah berkomunikasi. Pola yang dulu kami anggap benar, ternyata ada metode yang perlu diperbaiki.

Salah satunya saat menanyai anak sepulang sekolah. Biasanya pertanyaan saya standar hanya menanyakan, "di sekolah ngapain aja tadi?" "Belajar apa?"
Mungkin ini pertanyaan biasa, namun membuat anak bosan. Lain halnya jika kita menunjukkan empati terlebih dahulu, lalu menanyakan hal apa yang membuatnya demikian.

Misalnya saja, "Kamu kelihatan sedih hari ini. Pasti lelah sekali ya di sekolah. Apa yang membuatmu lelah?" Biasanya dengan dipancing beberapa kalimat, ia tanpa sadar akan menceritakan apa yang dialaminya, dan membuatnya senang, sedih, atau bahagia.

Mengapa Anak Perlu Belajar Mengungkapkan Pendapatnya?

Hal ini dikarenakan agar anak bisa lepas mengungkapkan ekspresinya tanpa ada beban yang tersimpan dalam hati. Jika beban atau pendapatnya hanya tersimpan dalam hati, maka akan jadi masalah di kemudian hari, tinggal menunggu bom waktu saja. 

Selain itu, belajar mengungkakan pendapat menjadikan anak tau bersikap. Mana hal penting, mana yang tidak penting. Ia bisa memberitahukan kepada orang disekitarnya apa pendapatnya, bagaimana reaksinya, dll. 


Saya masih belajar juga dalam membiasakan diri berkomunikasi dengan anak menggunakan kalimat produktif. Semoga dengan adanya perkuliahan ini, diri ini senantiasa bisa mengerem emosi dan lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Saya berharap bisa menjadi sahabat terbaik dari anak-anak saya, sehingga mereka terbuka mau mengungkapkan pendapatnya dengan cara yang baik, Aamiin.

#harike6
#gamelevel1
#Tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Berlatih Bicara dan Mengeluarkan Pendapat


Pagi ini suami saya masih mendapat cuti dari kantor. Hari jumat, sabtu, minggu, cukuplah 3 hari untuk pergi refreshing berjalan-jalan.

Sebetulnya kami berencana pergi ke luar kota dan menghabiskan liburan bersama. Namun, kakak tak setuju karena ia masih harus sekolah.

Awalnya kami mencoba menanyakan kembali. Meyakinkan apakah kaka benar-benar tak mau ikut liburan? Ternyata, ia sudah punya pilihan. Ia tak mau bolos sekolah lagi karena sudah dua pekan setiap hari jumat ia tak sekolah.

Ia tak mau melewatkan kesempatan meminjam buku dari sekolahnya. Setiap hari jumat ia boleh meminjam buku, yang kemudian akan diresume gambarnya dalam buku tugas.

Kali ini, kaka sudah bisa mengeluarkan pendapatnya dan memberitahukan keinginannya. Kami tak dapat memaksakan kehendak. Akhirnya, rencana liburan pun ditunda sampai besok.

Alhamdulillah, kali ini kaka bisa belajar bicara mengungkapkan pendapatnya. Tidak lagi menangis jika ada hal yang tak sesuai dengan keinginannya.

Semoga kedepannya, kaka bisa lebih baik dalam berkomunikasi, baik pada teman seumuran, yang lebih tua, atau yang lebih muda. Aamiin.

#harike5
#Tantangan10hari
#Gamelevel1
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional

Thursday, April 4, 2019

Ajak Anak Belajar Bicara



Salah satu pr kita sebagai orang tua adalah mengajarkan pada anak cara berkomunikasi yang benar. Anak harus bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dengan baik, tanpa marah-marah.

Seolah gampang ya? Anak sudah bisa bicara dengan jelas, ya tinggal suruh ngomong aja! Usianya kan bukan balita lagi.

Hmm... andai saja bisa seperti itu.
Nyatanya tidak. Walaupun sudah besar, namun tetap perlu dibekali dengan ilmu.
Mereka harus tau bagaimana cara berbicara dengan orang yang seumur, lebih muda, dan lebih tua, dalam mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya.

Ada adab yang harus mereka ketahui, agar berkomunikasi sopan dan santun.

Sebenarnya untuk apa belajar bicara?

Anak perlu belajar mengungkapkan apa yang ia inginkan. Bahasa adalah alat penyambung yang dapat memberitahukan apa yang ada dalam pikiran kepada orang lain.

Jika anak sudah mampu bicara mengungkapkan pikiran dan pendapatnya, maka tak kan ada lagi unek-unek yang tersimpan. Membuat mereka jera untuk tidak berkata jujur pada orang tuanya.

Kedekatan anak dan orang tua semakin terjalin saat komunikasi berjalan dengan baik. Anak menganggap orangtua adalah sahabat yang terbaik untuk bicara. Sehingga jika terjadi apa-apa di luar sana, anak bisa mengatakan tanpa takut.

Kami sedang belajar menerapkan hal ini pada Kaka. Kami ingin ia bisa bicara mengeluarkan isi hatinya, saat ada keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Selama ini ia sering menangis jika diajak bercanda oleh kami atau temannya. Mungkin perasaannya yang sensitif dan bingung belum bisa bersikap apapun, refleks membuat ia langsung menangis.

Sebetulnya hal ini sudah sering diingatkan oleh kami. Menangis setiap ada masalah bukanlah hal yang baik. Untuk itulah kami melatihnya untuk mau berbicara jika ada hal yang membuat hatinya tidak enak. Karena jika dipendam, tidak baik untuknya.

Ada beberapa cara yang kami lakukan untuk mengajak anak berbicara diantaranya :

- Jika anak menangis, peluk ia dan ajak untuk meredakan emosinya terlebih dahulu.

- Tanyakan apa yang membuatnya tidak enak hati, bukan dengan cara menginterogasinya.

- Ungkapkan empati terlebih dahulu sebelum bertanya panjang lebar

- Berikan refleksi pengalaman sebagai contoh

 Misalnya : dulu Mama saat seusia kamu, mama...

- Fokus pada solusi permasalahan, bukan terus mengulang kesalahan

Nah yang ini saya masih terus belajar, karena terkadang saya selalu mengungkit kesalahannya, kamu sih gini.. kamu sih gitu, padahal seharuanya langsung fokus pada solusi.

Setelah dicoba beberapa kali, akhirnya ada perubahan sedikit demi sedikit. Ia mulai bisa diajak bicara walaupun hatinya sedang kesal.

Ia mulai mengungkapkan alasan4 atas sikapnya. Perlahan kami terus melatihnya untuk bicara setiap ada unek-unek di hatinya. Kini ia mulai bisa diajak bicara dan mencari solusi atas permasalahan yang ada.

Semoga kedepannya, ia lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Kami pun bisa mengerti dan paham apa yang ia maksud.

#harike4
#gamelevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional




Wednesday, April 3, 2019

Belajar Memaknai Komunikasi Produktif Part 2


Game Level 1 Komunikasi Produktif


Tak terasa hari ini memasuki hari ke-3 game komunikasi produktif. Awalnya saya bingung menuliskan laporan apa yang harus saya tulis, rasanya tidak ada sesuatu yang spesial hari ini. Kami pergi ke Total Buah, tempat yang khusus mejual buah-buahan. Saat itu kaka meminta saya untuk membelikannya milo. Susu coklat kesukaannya.

Sesampainya di rumah, ia ingin membuka susunya dan meminumnya. Namun, adiknya yang melihat kakaknya membawa milo, tiba-tiba saja menginginkan juga susunya. Sementara itu, kakaknya tetap bersikukuh tidak mau membuka karena ingin membawanya ke sekolah sebagai bekal saat snack time tiba.

Mulailah mereka saling berebut, mempertahankan keinginan masing-masing. Hmm…kesabaran mama diuji lagi ni. Saya mencoba mengingat rumus komunikasi produktif dengan anak. Disini tentunya kita harus berusaha memaknai keinginan anak terlebih dahulu sebelum kita memberi perintah lanjutan.

Saat situasi semakin memanas, saya mencoba bernegosiasi dengan kaka. “Ka, Mama minta tolong susu milonya dibagi dua ya, sebelum adiknya semakin marah. Nanti, besok Papa belikan susu milo yang baru.” Rupanya kaka mengerti maksud saya. Ia akhirnya memberikan milo dan bersedia membaginya dengan adiknya.

Kejadiannya akan berbeda jika saya hanya memberinya kalimat perintah dan langsung memintanya memberikan susu milo pada adiknya. Mungkin kaka juga akan berpandangan tidak adil kepada Mamanya.

Dalam hal ini, ternyata kunci komunikasi untuk mengganti kalimat perintah dengan permintaan benar-benar berhasil. Anak akan lebih merasa dihargai karena orang tuanya mengetahui apa keinginannya, dan memberinya pilihan.

Komunikasi dengan anak ternyata susa-susah gampang. Susah jika kita belum mengenali apa kemauan anak dan mengerti ilmu apa yang seharusnya kita pakai. Namun, jika kita sudah tau kuncinya, Insya Allah terasa lebih mudah, dan kita bisa saling memahami.

Memaknai kemana arah pembicaraan mereka, ditunjang pula oleh sikap badan kita, bagaimana kita memperhatikan mereka tanpa ada kegiatan lain yang kita lakukan. Semoga, semakin hari, kami bisa lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Aamiin.

#harike3

#gamelevel1

#Tantangan10hari

#KomunikasiProduktif

#KuliahBundaSayang

@institut.ibu.profesional.



Tuesday, April 2, 2019

Kunci Komunikasi Produktif dengan Buah Hati




"Kaa…ayo bangun!” ucap saya pada anak pertama setengah berteriak. Bagaimana tidak, sudah hampir empat kali membangunkannya, tapi ia tetap saja melanjutkan tidurnya sambil berkata santai,”aku masih ngantuk.” Hmmm… jurus yang kemarin dipraktekkan sudah mempan diawal, tapi kenapa kali ini tidak.

Saya yang mulai khawatir karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh yang artinya kaka harus segera siap-siap sekolah. Saya pun mulai memutar otak. Jurus apa lagi yang harus saya pakai agar kali ini saya tidak capek berteriak yang malah memancing emosi.

Memang sih, terkadang, kalau sudah diujung tanduk, yang sering keluar adalah memanggilnya kembali dengan intonasi yang tinggi. Biasanya jurus terakhir ini yang mempan membuatnya segera beranjak dari tidurnya. Ah, kali ini tidak. Saya mau coba cari cara yang lain.

Tiba-tiba saja saya teringat materi komunikasi produktif dengan anak. Salah satunya adalah Ganti perintah dengan pilihan. Saya membangunkan kembali anak saya, dengan memberikan pilihan. “Kaka, mau bangun sekarang dan bisa makan dengan tenang, atau kaka mau bangun 20 menit lagi dan siap-siap dengan buru-buru keburu jemputannya datang?” saya memcoba memberinya opsi.

Rupanya ia mendengar apa yang saya tanyakan, sambil berpikir. Akhirnya ia segera beranjak dan bangun dari tidurnya. “Aku mau bangun sekarang, Mah!” Kaka segera bersiap ke sekolah dan mama girang. Yes, akhirnya cara ini berhasil. Besok-besok mama coba lagi ah.

Kepada Kaka, saya berikan pujian atas sikapnya dalam memilih. “Kaka pinter ya!” ujar saya.” “Sikap Kaka kali ini tepat sayang,”puji saya padanya. Rupanya dalam memuji dan mengkritik juga harus jelas. Kita harus menyebutkan sikap apa yang perlu dipuji atau dikritik. Hal ini juga merupakan kunci komunikasi produktif karena jika salah dalam memuji sang anak bisa salah paham dalam menerima, dan merasa perbuatannya sudah tepat.

Nah, berdasarkan pengalaman tadi, saya mencoba menyimpulkan, ternyata agar bisa berkomunikasi produktif dengan anak saya harus melakukan beberapa hal berikut :

a. Berbicara Berhadapan
Terlihat sekali bedanya saat kita berkomunikasi berhadapan, dan kita berada di dua tempat yang berbeda. Walaupun itu satu rumah. Misalnya saja, saya di dapur dan anak saya di kamar. Saya menyuruh bangun sampai berteriak 8 oktaf pun ia tidak bangun. Mungkin karena ada suara air yang berisik di dapur, anak saya tidak melihat saya, dll.

b. Berbicara dengan menggunakan intonasi yang tepat

Intonasi ini sangat menentukan apa maksud dari pembicaraan kita dengan penerima respon. Terkadang karena intonasi yang meninggi, menyebabkan makna yang diterima oleh responden salah. Apabila akan berbicara dengan anak haruslah masuk ke frekuensi mereka.

c. Gunakan gestur tubuh
Apabila sudah berbicara berhadapan, walaupun nada biacara kita tidak tinggi, anak akan melihat gesture tubuh kita dalam berkomunikasi. Mata melotot, tangan diatas sambil menunjuk, anak sudah bisa membaca kemana arah komunikasi yang dimaksudkan. Oleh karena itu, isyarat gerakan tubuh kita sangat berpengaruh.

d. Ganti kalimat perintah dengan pilihan
Tips ini bermanfaat dalam memberikan kepercayaan pada anak untuk melatih pola pikirnya dan mulai belajar mengambil keputusan. Ia akan berpikir mana keputusan yang terbaik untuknya.

Nah, demikian kunci sukses komunikasi yang saya alami hari ini. Semoga bermanfaat juga untuk mama yang lain, ya. Salam saya untuk Si Kecil. Mari praktekkan kunci sukses komunikasi ini, agar tercipta hubungan yang lebih harmonis antara Mama dan sang buah hati. Aamiin.


#harike2

#gamelevel1

#Tantangan10hari

#KomunikasiProduktif

#KuliahBundaSayang

@institut.ibu.profesional.






Sunday, March 31, 2019

Belajar Memaknai Komunikasi Produktif Part 1


Game Level 1 Kelas Bunda Sayang 


Komunikasi Produktif Bersama Keluarga



Awal memasuki Kelas Bunda Sayang membuat saya was-was dengan tugas yang akan diberikan.

Pasalnya, bab komunikasi produktif ini merupakan bab awal yang masih harus saya pelajari secara terus-menerus dan harus diperbaiki. Namun demikian, saya tak ingin jika pada bab awal ini saya gagal kembali.

Oleh karena itu, saya berusaha memperbaiki kesalahan sebelumnya dan mencari tahu bagaimana yang seharusnya dilakukan agar komunikasi bisa berjalan lebih baik.

Tugas kali ini saya diminta untuk memilih patner melakukan komunikasi produktif. Saya memilih anak saya yang pertama. Saya ingin memperbaiki cara komunikasi kami, sehingga pesan yang saya sampaikan dapat diterima dengan baik olehnya.

Terkadang kita sering marah dan kesal pada anak karena sebenarnya ia tak mengerti apa yang kita mau, atau mungkin responnya lebih lama dari yang kita harapkan.

Setelah menerima materi di kelas Bunda sayang, ternyata ada beberapa hal yang harus saya perbaiki dalam berkomunikasi dengannya.

 Diantaranya adalah cara saya menyampaikan perintah untuknya yang terlalu banyak dan mungkin membuatnya bingung. Misalnya saja saat saya memintanya untuk bangun segera dari tidurnya, kemudian menggosok gigi, dan shalat. Ternyata, kalimat yang saya ucapkan terlalu banyak dan mungkin hanya membuatnya bingung.

Agar terjalin komunikasi produktif dengan seorang anak, saya harus menyampaikannya dalam bentuk kalimat sederhana dan simple.

Saya harus mengganti permintaan saya menjadi kalimat sederhana yang mudah dimengerti. Saya harus menunggunya menyelesaikan satu perintah, baru memintanya untuk mengerjakan hal lain. Contoh kalimatnya seperti ini, “Nafeeza, ayo bangun, sholat dulu ya!” pinta saya padanya. Awalnya saya memintanya dengan berondongan tugas, “Nafeeza, ayo bangun, pipis, sikat gigi, terus sholat ya!” mungkin menurut saya itu hal biasa yang menjadi rutinitas dan mudah dimengerti, tapi ternyata kalimat panjang seperti itu tidak produktif dan membuat anak bingung untuk melangkah mengerjakan pekerjaan yang mana dulu. Alhamdulillah, kini setelah saya perbaiki, anak saya bisa mengerti dan mulai mengerjakan tugas lebih baik.

Seorang anak terkadang tidak dapat memahami apa yang disampaikan oleh orang dihadapannya, namun ia dapat langsung mencontoh apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Pola komunikasi lain yang harus saya perbaiki adalah dengan banyak memberinya contoh, sehingga ia bisa langsung praktek dan melihat bagaimana seharusnya. Misalnya saja ketika shalat berjamaah.

Ia akan menirukan dan mencontoh gerakan yang dilakukan, persiapan apa saja sebelum shalat, dan doa yang diucapkan setelah shalat. Hal ini lebih efektif dilakukan, daripada menyuruhnya melakukan ini itu tanpa contoh.

Dalam berkomunikasi dengan anak, intonasi suara juga berpengaruh untuk membuatnya mengerti terhadap apa yang kita minta. Rumus yang menyatakan hanya 7% bahasa verbal yang berpengaruh untuk membuatnya mengerti, 38% lainnya dipengaruhi oleh intonasi dan 55% oleh bahasa tubuh membuat saya tertarik untuk mencobanya.

Saya mempraktekkannya setiap berkomunikasi dengan anak saya. Terasa sekali bedanya, saat saya memintanya untuk menyalakan lampu luar, karena hari sudah menjelang magrib sambil saya mencuci piring atau menatapnya dan memintanya menyalakan lampu luar dengan intonasi yang lembut.

Anak saya yang sedang menonton tv hanya mendengar secara verbal apa yang saya ucapkan, tanpa adanya intonasi yang lembut dan gesture tubuh. Saya juga tidak melakukan eye contact dengannya. Hasilnya, tentu saja tak sesuai dengan yang diharapkan. Ia hanya melanjutkan menonton tv dan tak menghiraukan permintaan saya.

Ternyata setelah saya mengulangi permintaan saya dengan melihat matanya, menggunakan intonasi dan gesture tubuh yang meyakinkan, dengan segera ia menyalakan lampu sesuai permintaan saya. Benar, ternyata berhasil jika saya menambahkan unsur intonasi dan gesture tubuh dalam berkomunikasi.

Alhamdulillah pelajaran #komunikasi produktif hari ini berjalan lebih baik dari sebelumnya. Semoga kedepannya, saya dan anak saya bisa berkomunikasi dengan lancar, serta pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik.

#hari1

#gamelevel1

#Tantangan10hari

#Komunikasiproduktif

#KuliahBundaSayang

@institut.ibu.profesional

















Friday, March 15, 2019

Stimulasi Tumbuh Kembang Si Kecil dengan Bermain di Luar



Hai Mama, apa kabar?

Senangnya bisa menyapa kembali. kali ini saya mau bercerita tentang tumbuh kembang anak. Pastinya Mama sudah sering mendengar topik bahasan mengenai hal tersebut. Simak bersama yuk Mams, bermain di luar ruangan bersama anak dapat menstimulasi tumbuh kembang anak menjadi lebih maksimal.

Wednesday, March 13, 2019

NHW 1 Kelas Bunda Sayang



Menjalani peran sebagai seorang Ibu, tentunya membuat saya banyak merasa kekurangan. Saya merasa banyak sekali hal yang saya belum ketahui dan perlu dipelajari.

Terkadang, saat kebingungan melanda dan hanya bisa berusaha mencari tahu dari sumber bacaan online, saya merasa perlu adanya teman untuk saling berbagi dan berdiskusi mencari tau solusi dari setiap permasalahn yang ada.

Sampai tibalah saatnya saya dipertemukan dengan sebuah komunitas yang bernama Ibu Profesional. Komunitas yang mewadahi keinginan dan kebutuhan para ibu dalam mencari ilmu demi menjalani peran yang lebih baik lagi dalam melayani suami, anak, dan pengembangan diri.

Alasan terkuat mengikuti perkuliahan bunda sayang
Alhamdulillah saya diamanahi dua orang anak yang sangat lucu dan banyak memberi pelajaran berharga bagi saya sebagai seorang ibu. 

Karakter dan sifat yang berbeda, membuat saya harus belajar lebih baik lagi dalam mendidik dan membesarkan mereka.

Oleh karena kefakiran ilmu yang saya miliki, saya merasa perlu sekali mengikuti kelas perkuliahan bunda sayang.

Saya yakin, banyak ilmu berharga yang akan saya dapatkan di sana. Semoga kegalauan dan kekurangan dalam menjalani peran sebagai seorang ibu, semakin lama bisa berkurang dengan mendapatkan banyak ilmu dan berdiskusi bersama teman di kelas bunda sayang.


Strategi untuk mengikuti perkualiahan bunda sayang

Merasa gagal karena harus menjalani remedial, saya tak ingin mengulangi kesalahan yang sama.

Agar perkuliah berjalan lancar, saya tentunya harus menerapkan beberapa strategi, diantaranya adalah


# Membuat To do List

Semua tugas dari perkuliahan dicatat agar mudah dalam mengingat dan mencari jawabannya.

#Membuat skala prioritas

Sebagai ibu tak dapat dipungkiri banyak hal yang perlu dikerjakan. Oleh karena itu, saya harus dapat memilah mana yang harus dikerjakan lebih awal, mana yang dapat dikerjakan belakangan

#Membuat Kandang Waktu

Terkadang walaupun perencanaan sudah matang, namun dalam pelaksanaannya ada banyak gangguan dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, saya akan membuat kandang waktu agar lebih efektif. Hal ini dimaksudkan agar semua tugas dapat dikerjakan di waktu yang efektif.

#Memberitahukan Anggota Keluarga Mengenai Kelas Bunda Sayang
Komunikasi yang baik perlu untuk menunjang kelas perkuliahan. Agar semua bisa mendukung dan mengerti kalau Bundanya sedang belajar demi masa depan semua anggota keluarga.

Perubahan sikap setelah Kelas Bunda Sayang

Semua orang yang belajar tentunya mengharapkan hasil yang sesuai dengan keinginan. Saya berharap sekali setelah mengikuti kelas perkuliahan bunda sayang ini, ada perubahan sikap dalam diri saya menuju ke arah yang lebih baik lagi. Misalnya saja lebih disiplin dalam memanfaatkan waktu, pandai mengelola skala prioritas, lebih baik dalam manajemen diri sebagai individu, istri, dan ibu, mampu mengamalkan semua ilmu yang telah dipelajari.

Semoga semua usaha saya dalam mencari ilmu dan menjalani peran sebagai seorang Ibu semakin dimudahkan oleh Allah. Saya berharap ilmu yang saya pelajari nantinya bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri, namun bisa bermanfaat juga untuk keluarga dan lingkungan sekitar, Aamiin.



Thursday, January 31, 2019

Cerdas Memilih Susu UHT sebagai Pengganti Selepas ASI


Siapa yang tak kenal susu UHT ? Semua orang pasti mengenalnya. Mulai dari anak kecil usia 1 tahun hingga orang dewasa, dapat mencoba susu UHT yang dikemas dengan berbagai tampilan menarik dan praktis. Hadir dengan berbagai ukuran dan varian rasa, membuat saya tertarik untuk mencari tahu berbagai informasi mengenai susu UHT sejak usia anak saya 1 tahun.


Thursday, January 24, 2019

Tujuh Manfaat Mendongeng untuk Kecerdasan Anak




Mama pernah mendongeng untuk anak? Tentunya mengasyikkan bukan, memiliki waktu bersama yang dapat mempererat hubungan orang tua dan anak.

Mendongeng memiliki banyak manfaat untuk kecerdasan anak. Kegiatan interaksi dua arah ini merupakan seni pengisahan tentang kejadian nyata maupun imajinatif. Mendongeng melibatkan gesture tubuh, intonasi suara dan pengucapan vokal, musik, atau gambar sehingga cerita yang dibawakan menjadi lebih hidup. 

Dengan mendongeng, Mama dapat menambah kedekatan dengan anak, membantunya berimajinasi dengan berbagai media, dan melatih pendengaran anak dalam menyimak dan menuturkan cerita. Buat saya dan anak-anak kegiatan mendongeng ini bikin ketagihan. Mereka selalu menantikan dongeng sementara saya juga jadi mendorong diri untuk menjelajah dunia imajinasi yang harus cepat disajikan dihadapan anak-anak. Hal lain yang bikin nagih adalah ketika melihat ekspresi anak yang penasaran akan lanjutan dongeng mamanya. Seru deh Mam! Ingin tahu lebih lengkap mengenai manfaat mendongeng? Yuk simak ulasan berikut ini. 

1. Mendongeng dapat Menambah Kosa Kata dan Pembelajaran Bahasa untuk Anak 

Setiap kali Mama mendongeng untuk anak, mereka akan menangkap banyak kosakata baru, sehingga perbendaharaan katanya semakin bertambah. Dengan mendengarkan dongeng, mereka menjadi lebih fasih dalam bertutur. Kemampuan bahasanya meningkat drastis. 

2. Mendongeng Melatih Kemampuan Anak untuk Menyimak Materi Baru 



Dalam dongeng banyak unsur baru yang dapat disisipkan sebagai pembelajaran. Salah satunya tentang akhlak dan budi pekerti. Ada pesan moral yang ingin disampaikan pada pendengar. Saat Mama mendongeng, anak akan berlatih untuk menerima materi baru yang disampaikan. Tentunya dengan cara yang menyenangkan. Mereka lebih tertarik karena penyampaian dongeng yang melibatkan gesture dan vokalisasi yang unik. 

3. Mendongeng dapat Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Berkomunikasi 

Kegiatan dua arah antara Mama dan anak yang dilakukan saat mendongeng dapat membantunya meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Ia berani bertanya, menceritakan kembali hal yang didengarnya, dan semakin lancar dalam berkomunikasi. Biasanya semakin banyak kosakata yang didengar, maka semakin banyak kata yang diucapkannya dalam membentuk kalimat lengkap.

Baca juga ini mendongeng sarana edukasi dan kedekatan keluarga

4. Mendongeng dapat Meningkatkan Daya Imajinasi dan Kreativitas Anak 

Saat Mama mendongeng dengan meliukkan tubuh mengekspresikan tokoh yang ada dalam dongeng, anak akan berimajinasi sendiri. Mereka semakin pintar dalam berekspresi, dan meningkatkan daya kreativitasnya. Tak jarang, saat dongeng selesai, mereka akan menceritakan ulang dongeng, bahkan membuat kreasi baru, sesuai dengan daya imajinasinya.


5. Mendongeng dapat Meningkatkan Kecerdasan Emosi dan Moral 

Cakupan dongeng yang luas, namun tetap menyampaikan pesan moral di dalamnya tanpa terkesan menggurui, merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosinya. Anak akan cepat tanggap meniru tokoh yang terdapat dalam dongeng. Ia mampu mengendalikan diri, serta menangkap nilai moral apa yang telah disampaikan dalam dongeng. 

6. Mendongeng Meningkatkan Daya Ingat Anak dengan Menceritakan Kembali Apa yang Didengar 

Setiap anak yang menyimak dongeng, daya ingatnya akan bertambah. Bagian dongeng yang berkesan, membuat mereka ingat dan mampu menceritakan kembali apa yang didengarnya. Tentunya dengan gaya bahasa setiap anak yang berbeda. 

7. Mendongeng dapat Mengajarkan Anak Berbagai Bahasan seperti Matematika, Bahasa, maupun Pengetahuan Umum, dengan Contoh yang Sederhana 

Matematika, bahasa, maupun pengetahuan umum dapat disisipkan dalam mendongeng. Secara tidak langsung anak dapat belajar perlahan tanpa membosankan. Mereka akan mengingat lebih cepat, karena bahasanya lebih ringan dan mengasyikkan. 

Nah Mams, setelah mengetahui manfaat mendongeng untuk kecerdasan anak, yuk kita praktikkan lebih sering. Selain anak semakin cerdas, Mama pun dapat menambah wawasan baru. 

Waktu mendongeng bisa disesuaikan dengan jadwal yang Mama miliki, biasanya akan lebih asyik jika mendongeng dilakukan malam hari sebelum tidur. Anak-anak akan semakin nyenyak dan rileks dalam beristirahat, bonding antara Mama dan anak-anak pun semakin terasa. 

 Jangan kaget ya Mam, kalau esok hari anak Mama sudah bisa cerita sendiri dengan boneka mainannya mengenai dongeng yang telah ia dengar dari Mama tadi malam.

Selamat mendongeng Mama, selamat bersenang-senang bersama Si Kecil. 

#Manfaatmendongeng
#Sayangianakdengandongeng















 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design