Halo Mams,
apa kabar?
Beberapa waktu yang lalu, saya merasa semangat untuk bergerak sangat rendah
sekali. Badan saya rasanya tidak fit, kurang tidur karena beberapa hari harus
menjaga anak yang sedang sakit, ditambah lagi flu dan batuk yang tak kunjung
sembuh menambah berat sakit kepala.
Di saat
seperti ini, rasanya ingin sekali tidur dan mengistirahatkan badan. Ternyata,
kenyataan berkata lain, saya harus menyiapkan kebutuhan suami dan anak pertama
yang akan pergi ke sekolah. Sementara itu, anak ke dua yang terdengar sedang
batuk terus menerus membuat saya segera berjalan ke arahnya dan membawakannya
air hangat.
Badannya
yang demam, ditambah flu, dan batuk berat membuatnya tak nyaman untuk
beraktivitas. Pastinya dalam keadaan seperti ini hanya ingin dipeluk dan
digendong oleh Mamanya. Ia hanya mau tidur jika dipeluk Mamanya. Mama tak boleh
beranjak pergi menjauh karena lebih nyaman jika duduk dan dipeluk Mama. Hmm…
Mama butuh tenaga ekstra saat hal ini sedang terjadi.
Perhatian
saya pada adiknya, ternyata harus bisa adil terbagi pada kakaknya yang
menanyakan berbagai keperluannya sekolah. Padahal saya sedang ditawan oleh
adiknya yang sedang sakit. Mau tak mau saya harus bergerak. Memasak sarapan
yang simple, dan menyiapkan bekal
sekolah kakak. Adik sementara saya minta duduk beristirahat sambil menonton tv.
Memasak,
menyiapkan bekal, dan memandikan anak adalah kegiatan rutin setiap pagi hari
yang harus dilakukan sebelum berangkat sekolah. Saya harus punya tenaga
ekstra dan pikiran yang tenang serta bahagia dan ikhlas menjalani peran. Jika
tidak, maka pekerjaan yang tak ada habisnya hanya akan menyisakan lelah dan
sakit, tanpa pahala melimpah dan pancaran cahaya bahagia.Walaupun terkadang,
godaan untuk marah muncul seketika pada saat badan sedang tidak fit, anak
rewel, sementara banyak pekerjaan yang harus dikerjakan cepat.
Semua itu membuat
kepala pening dan mudah marah. Semakin lama memendam, ternyata malah tidak
baik. Jika semua sudah berada di puncak kemarahan dan kesabaran stoknya semakin
menipis, semua akan kena imbasnya. Pernah mengalami hal ini tidak, Ma?
Disinilah
saatnya Mama mulai introspeksi diri
dan flash back mengapa hal ini bisa
terjadi. Karena jika hanya dipendam dan menyimpannya dalam-dalam, suatu saat
akan menjadi bom waktu yang akan meledak dengan sangat dahsyat.
Bahagia itu perlu diciptakan dalam diri
Nah, setelah
flash back saya merasa ternyata
kebahagiaan itu mutlak diperlukan dalam pengasuhan. Bahagia itu, harus saya
yang menciptakan. Bukan mencari dimana arti bahagia, namun ciptakan sejak awal
dalam diri sendiri.
Lalu,
kenapa bahagia itu harus dimiliki oleh para ibu? Karena dari ibulah cahaya
dalam rumah itu terpancar. Ibu yang memberikan sinar kehangatan untuk anak dan
suami sehingga rumah terasa surga. Jika sudah tercapai keadaan ini, pastinya
semua betah tinggal di rumah.
Apa jadinya
jika rumah terasa seperti kuburan? Tak ada sapaan, canda tawa, apalagi pancaran
kehangatan ibu dengan segala kasih sayangnya. Saya pernah membaca sebuah
artikel yang mengatakan,"Jika kau ingin merusak kehangatan sebuah
keluarga, maka rusaklah jiwa ibunya." Ibu yang sudah masuk pada fase ini,
akan membuat seisi keluarga hancur. Suami, anak, tak kan pernah betah di rumah.
Maka, marilah kita bahagiakan diri kita sendiri dulu sebelum bisa mengabdi
dalam keluarga dan masyarakat.
Untuk dapat
menjalani hidup dengan bahagia ternyata ada banyak hal harus diperbaiki.
Diantaranya, kita perlu mencari tahu dahulu penyebab mengapa kebahagiaan itu seolah hilang dalam
kehidupan.
Ada
beberapa penyebab diantaranya adalah :
# Sibuk dan Jenuh dengan Rutinitas
Harian
Kesibukan Ibu
rumah tangga yang begitu padat dengan jadwal harian tanpa jeda, membuat para
Ibu terkadang jenuh dan telalu letih. Ia merasa kurang hiburan dan banyak
tekanan. Di saat seperti inilah ibu rumah tangga sering merasakan kurang
bahagia, dan berdampak pada lingkungan sekitar.
#Kurang Bersyukur dan Mentafakuri Diri
Sebagai
Manusia yang berinteraksi dengan lingkungan sosial disekitarnya, terkadang kita sebagai Ibu banyak terpengaruh oleh
gaya hidup dan berita yang belum
tentu benar dan baik diterapkan dalam hidup. Pengaruh lingkungan, selalu
melihat ke atas dan merasa iri akan keberhasilan orang lain, membuat kita
kurang mensyukuri nikmat apa saja yang telah Allah berikan untuk kita. Akibatnya
kita merasa diri ini yang paling menderita, padahal kita sendiri yang perlahan
mengikis kebahagiaan yang sudah Allah berikan untuk kita.
# Kurang Mengenali Penyebab Berkurangnya
Kebahagiaan
Apabila ditelusuri, ternyata kebahagiaan itu berkurang karena kita kurang
menyadari penyebab berkurangnya kebahagiaan. Tolak ukur bahagia setiap orang
pastinya berbeda-beda. Namun, terkadang sering melihat kebahagiaan dari kaca
mata orang lain, menyebabkan kita menjadi kurang peka.
Setelah menyadari,
mengapa kebahagiaan kita seolah hilang dari kehidupan, marilah kita ciptakan
bahagia itu dalam diri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya
adalah :
a.
Bersyukur atas Semua Nikmat yang Telah Diberikan oleh Allah
Sebagai hamba, kita wajib bersyukur atas semua pemberian Allah. Sekecil
apapun nikmatnya, Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita. Nafas yang
bisa dihirup setiap pagi, bercengkrama dengan anak-anak, dan memulai hari
dengan senyuman.
b.
Mulai Hari dengan Keyakinan dan Kepercayaan Diri
Setiap hari yang kita miliki, kita mulai dengan keyakinan dalam
diri bahwa kita mampu melewatinya dengan bahagia. Jika ada aral melintang, maka
ubah mind set kita dengan kalimat
positif, bahwa ini harus tantangan yang harus ditaklukkan.
c.
Berpikir Sederhana
Pola berpikir kita yang terkadang terlalu jauh memandang kedepan,
membuat kita jenuh dan dipenuhi oleh pikiran negatif. Ini hanyalah akan membuat
pekerjaan semakin menumpuk, tanpa penyelesaian. Lebih baik pikirkan pekerjaan
yang prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu, selesaikan satu per satu. Just simplify your Life.
d.
Berikan Award pada diri Sendiri
Setelah semua pekerjaan selesai dikerjakan, tak ada salahnya jika
memberikan penghargaan pada diri sendiri. Bisa dengan melakukan perjalanan
wisata, makan cokelat, atau beristirahat menonton film kesukaan. Apapun itu,
yang dapat membuat kita nyaman dan menghargai setiap usaha yang telah kita
lakukan.
e.
Berikan Waktu Istirahat untuk Diri Sendiri
Terkadang kebahagiaan menjadi tidak terasa, karena kita terlalu
memaksa diri ini bekerja diluar kemampuan. Agar hal itu tidak terjadi, maka
kita harus mengukur diri sebelum menerima pekerjaan. Buat skala prioritas,
jadwal pekerjaan, dan tak lupa untuk me
time. Hal ini akan mempermudah kita dalam melakukan pekerjaan, dan
menikmati setiap kebahagiaan yang hadir. Saat badan sudah terasa lelah, lebih
baik beristirahat terlebih dahulu, memberikan hak untuk tubuh. Setelah siap,
barulah kita melanjutkan kembali pekerjaan yang belum selesai.
Kebahagiaan
itu kita yang merasakan, semua dapat tercipta asal kita menikmati hidup
diiringi syukur pada Allah. Semoga, setelah introspeksi diri, kebahagiaan dapat Mama ciptakan sendiri dan ditularkan untuk
orang lain. Mama bahagia, anak dan suami lebih bahagia.
Selamat mencoba
tips di atas ya Ma, semoga berhasil.
#Bahagia