Sunday, March 31, 2019

Belajar Memaknai Komunikasi Produktif Part 1


Game Level 1 Kelas Bunda Sayang 


Komunikasi Produktif Bersama Keluarga



Awal memasuki Kelas Bunda Sayang membuat saya was-was dengan tugas yang akan diberikan.

Pasalnya, bab komunikasi produktif ini merupakan bab awal yang masih harus saya pelajari secara terus-menerus dan harus diperbaiki. Namun demikian, saya tak ingin jika pada bab awal ini saya gagal kembali.

Oleh karena itu, saya berusaha memperbaiki kesalahan sebelumnya dan mencari tahu bagaimana yang seharusnya dilakukan agar komunikasi bisa berjalan lebih baik.

Tugas kali ini saya diminta untuk memilih patner melakukan komunikasi produktif. Saya memilih anak saya yang pertama. Saya ingin memperbaiki cara komunikasi kami, sehingga pesan yang saya sampaikan dapat diterima dengan baik olehnya.

Terkadang kita sering marah dan kesal pada anak karena sebenarnya ia tak mengerti apa yang kita mau, atau mungkin responnya lebih lama dari yang kita harapkan.

Setelah menerima materi di kelas Bunda sayang, ternyata ada beberapa hal yang harus saya perbaiki dalam berkomunikasi dengannya.

 Diantaranya adalah cara saya menyampaikan perintah untuknya yang terlalu banyak dan mungkin membuatnya bingung. Misalnya saja saat saya memintanya untuk bangun segera dari tidurnya, kemudian menggosok gigi, dan shalat. Ternyata, kalimat yang saya ucapkan terlalu banyak dan mungkin hanya membuatnya bingung.

Agar terjalin komunikasi produktif dengan seorang anak, saya harus menyampaikannya dalam bentuk kalimat sederhana dan simple.

Saya harus mengganti permintaan saya menjadi kalimat sederhana yang mudah dimengerti. Saya harus menunggunya menyelesaikan satu perintah, baru memintanya untuk mengerjakan hal lain. Contoh kalimatnya seperti ini, “Nafeeza, ayo bangun, sholat dulu ya!” pinta saya padanya. Awalnya saya memintanya dengan berondongan tugas, “Nafeeza, ayo bangun, pipis, sikat gigi, terus sholat ya!” mungkin menurut saya itu hal biasa yang menjadi rutinitas dan mudah dimengerti, tapi ternyata kalimat panjang seperti itu tidak produktif dan membuat anak bingung untuk melangkah mengerjakan pekerjaan yang mana dulu. Alhamdulillah, kini setelah saya perbaiki, anak saya bisa mengerti dan mulai mengerjakan tugas lebih baik.

Seorang anak terkadang tidak dapat memahami apa yang disampaikan oleh orang dihadapannya, namun ia dapat langsung mencontoh apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Pola komunikasi lain yang harus saya perbaiki adalah dengan banyak memberinya contoh, sehingga ia bisa langsung praktek dan melihat bagaimana seharusnya. Misalnya saja ketika shalat berjamaah.

Ia akan menirukan dan mencontoh gerakan yang dilakukan, persiapan apa saja sebelum shalat, dan doa yang diucapkan setelah shalat. Hal ini lebih efektif dilakukan, daripada menyuruhnya melakukan ini itu tanpa contoh.

Dalam berkomunikasi dengan anak, intonasi suara juga berpengaruh untuk membuatnya mengerti terhadap apa yang kita minta. Rumus yang menyatakan hanya 7% bahasa verbal yang berpengaruh untuk membuatnya mengerti, 38% lainnya dipengaruhi oleh intonasi dan 55% oleh bahasa tubuh membuat saya tertarik untuk mencobanya.

Saya mempraktekkannya setiap berkomunikasi dengan anak saya. Terasa sekali bedanya, saat saya memintanya untuk menyalakan lampu luar, karena hari sudah menjelang magrib sambil saya mencuci piring atau menatapnya dan memintanya menyalakan lampu luar dengan intonasi yang lembut.

Anak saya yang sedang menonton tv hanya mendengar secara verbal apa yang saya ucapkan, tanpa adanya intonasi yang lembut dan gesture tubuh. Saya juga tidak melakukan eye contact dengannya. Hasilnya, tentu saja tak sesuai dengan yang diharapkan. Ia hanya melanjutkan menonton tv dan tak menghiraukan permintaan saya.

Ternyata setelah saya mengulangi permintaan saya dengan melihat matanya, menggunakan intonasi dan gesture tubuh yang meyakinkan, dengan segera ia menyalakan lampu sesuai permintaan saya. Benar, ternyata berhasil jika saya menambahkan unsur intonasi dan gesture tubuh dalam berkomunikasi.

Alhamdulillah pelajaran #komunikasi produktif hari ini berjalan lebih baik dari sebelumnya. Semoga kedepannya, saya dan anak saya bisa berkomunikasi dengan lancar, serta pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik.

#hari1

#gamelevel1

#Tantangan10hari

#Komunikasiproduktif

#KuliahBundaSayang

@institut.ibu.profesional

















0 comments:

Post a Comment

 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design