Tuesday, August 29, 2017

Bagaimana Cara Mendidik anak Usia Aqil Baligh ?


Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sulit saya jawab mengingat usia anak saya yang masih belia menjelang 6 tahun dan 14 bulan, namun sebagai orang tua tentunya kita perlu membekali diri dengan banyak ilmu untuk mendidik anak. Pada saatnya nanti fase remaja dari anak kita akan dilalui dan kita harus menjadi orang tua yang menjadi teladan bagi mereka.

Sebelum membahas lebih jauh bagaimana cara mendidik anak usia ABG, kita perlu mengetahui apa pengertian dari aqil baligh.

Aqil adalah kondisi tercapainya kedewasaan psikologis, social, financial, serta kemampuan memikul tanggung jawab syari’ah, sedangkan baligh adalah kondisi tercapainya kedewasaan biologis dengan kematangan reproduksi. (diambil dari buku Fitrah Based education karya Harry Santosa) dengan rentang usia 14-16 tahun.

Menurut Ustad Adriano Rusfy ciri paling penting untuk generasi aqil baligh adalah kemampuan untuk memikul tanggung jawab. Bermula dari tanggung jawab pada Allah, pada diri sendiri, hak milik, otoritas territorial. Kemanusiaan, dan alam semesta.

Tanggung jawab pada Allah dapat ditanamkan sejak dini. Anak mulai dikenalkan dengan Tuhan sejak dalam kandungan. Tanamkan tanggung jawab untuk beribadah perlahan sejak dini, agar mereka semakin mengenal Tuhan dan bertanggung jawab penuh dalam beribadah.

Tanggung jawab pada diri sendiri dan property sudah ditanamkan sejak usianya 7-10 tahun. Anak diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya, baik itu segi kebersihan, keindahan, kepemilikan barang,dll.  Perlu adanya keteladanan dari orang tua yang secara konsisten dan istiqomah dibangun bahkan menjadikan tanggung jawab terhadap diri sendiri sebagai tradisi dalam keluarga.

Tanggung jawab sosial yang ditanamkan pada usia 10-12 tahun.

Salah satu cara yang dilakukan sebagai wujud tanggung jawab pada diri sendiri adalah kemampuannya untuk membiayai diri sendiri. Kita dapat mengajarkan kepada anak cara untuk mencari nafkah sejak usianya 10 tahun. Kenalkan anak dengan beragam cara untuk mencari nafkah, misalnya dengan berjualan, menulis, kerja sampingan, dll. Ajarkan mereka cara untuk mendapatkan keinginannya dengan berusaha. Ketika akal yang dibangun, maka akan timbul kesadaran dalam diri yang menumbuhkan cinta akan hal tersebut. Setelah itu, lahirlah tanggung jawab. Proses ini akan membuat anak menyadari sepenuhnya arti tanggung jawab dan Ia akan menjalankannya dengan baik.

Usia Aqil baligh merupakan usia yang penuh dengan kejutan, sebagai orang tua kita dapat melakukan beberapa hal berikut, agar anak dapat menjalani masa aqil balighnya dengan baik,tanpa merasa ada paksaan atau tuntutan dari orang tuanya, diantaranya adalah :
  •  Memberi anak pengakuan dan tantangan
  • Pada usia ini anak bukanlah milik kita, mereka sudah menuju dewasa yang membutuhkan pengakuan dan tantangan persoalan hidup. Berikan pengakuan atas keberhasilannya memecahkan masalah dan kemampuannya memenangkan perlombaan. Sebaliknya, jika ada masalah berikan kepercayaan pada mereka untuk menghadapinya. Jadikanlah hal ituRe sebagai tantangan dalam hidup yang harus mereka lalui. Ajarkan semangat pantang menyerah dan tekad yang kuat untuk menghadapinya.
  •  Jadilah Patnernya
  • Usia remaja membutuhkan dukungan dan support atas semua keputusan yang diambilnya. Mereka menyukai pengakuan social dan kompeten. Untuk itu, jadilah patnernya yang baik. Ajak mereka lebih banyak berdiskusi tanpa banyak menggurui. Biarkan mereka mengambil keputusannya sendiri, namun kita tetap selalu berada disampingnya sebagai kawan. Hal ini membuat hubungan orang tua dan anak semakin dekat namun peran masing-masing berada dalam posisi yang tepat.        

Fitrah remaja yang suka lawan jenis dan menyukai kebenaran perlu dibimbing oleh orang tuanya. Jangan sampai berlebihan dan harus tetap berada pada koridor yang sesuai.   

Ilmu saya masih sangat jauh dari sempurna, masih butuh masukan dari Emak semua. Saya akan senang sekali jika ada yang mau berbagi ilmu mengenai dunia parenting.  Semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap langkah kita.
Aamiin...

Monday, August 14, 2017

Globe Media Belajar Matematika


Hari ke sepuluh belajar matematika, Nafeeza menemukan sendiri cara belajarnya, sambil mengamati Ia menyebutkan “Mah ini ada laut yang paling besar, mah..ini ada laut yang kecil.
“ eh…ada juga kota yang paling kecil.'' ujarnya. senangnya karena ternyata konsep besar kecil sudah dikuasainya dan bisa diaplikasikan dimanapun. Skala yang tertera di globe sudah bisa dibacanya dengan baik.Selain itu, kami belajar matematika mengenai pembagian menggunakan sosis sebagai media. 
Ia sudah mengerti, jika ada 3 orang teman yang ingin memakan sosis bersama, sedangkan sosisnya hanya ada 1, maka sosis tersebut harus dibagi 3 sama besar. 


Zafran juga sudah bisa mengenal bentuk lingkaran pada roda mobil yang ternyata bisa digerakkan didinding. Asyik belajar sendiri.
Alhamdulillah..
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBundaSayang
#MathAroundUs
#IloveMath

            

Thursday, August 10, 2017

Aliran Rasa Game Level 6

Aliran Rasa Game Level 6

Game kali ini sangat dekat dengan kejadian yang ada disekitar lingkungan kita. Belajar memahami sisi matematika dengan memanfaatkan benda disekitar ternyata cukup seru.

Anak-anak menikmati belajar matematika sambil mengamati benda disekitar. Saya pun senang mereka bisa belajar dengan baik dan cepat menyerap ilmunya.
Perlahan tapi pasti matematika menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka.

Saya berharap pemahaman matematika sejak kecil ini memberikan manfaat untuk kehidupan mereka kelak. Matematika merupakan bekal dasar dalam kehidupan mendatang. Ilmu yang aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sangat bermanfaat.

I love Math dan momen “Aha” semoga menjadi pelajaran untuk mereka membekali diri sebagai dasar menuju jenjang selanjutnya. Semoga ilmunya bermanfaat untuk mereka dan orang banyak kelak. Aamiin.

#Aliranrasagamelevel6
#KuliahBundasayang
#ILove Math
#MathAroundUs

Saturday, August 5, 2017

Yuk Belajar Matematika sambil Bernyanyi dan Bercerita


            Hari ke sembilan belajar matematika, saya tidak mempersiapkan apapun sebagai media peraga. Hari ini benar-benar hanya berdasarkan imajinasi dalam pikiran sambil bernyanyi bersama-sama. Nafeeza dan Zafran turut mendengarkan, sementara papanya ikut tertawa dan gemas saat mendengar anaknya berpikir agak lama.
            Dimulai dengan menyanyi “tek kotek, kotek, kotek, anak ayam turun 10, mati satu dimakan tikus, dikandang sia berapa ?” Nafeeza langsung memainkan jarinya. “Mah ini kan 10,  terus mati satu (satu jari dilipat) jadi jawabannyaaa… sembilaaan .”
Zafran memperhatikan jari kakaknya sambil ikut menari mengikuti irama.
“ OK, kita lanjut soal selanjutnya ya…” jawab saya.
“Suatu hari Papa membeli stroberi di Pasar 20 buah, nah… sampai di rumah buahnya sisa 10. Setelah dilihat, kantongnya bolong.”  “Berapa stroberi yang jatuh dijalan?”         
Nafeeza terlihat aga kebingungan dengan tangannya. Kemudian saya mengingatkannya tentang materi jaritmatika yang pernah diajarkan padanya dulu. Feeza anggap jari kiri itu sebagai perwakilan angka yang puluhan, satu jari artinya 10, nah jika ada 2 jari berarti20, kemudian dikurangi 10 jadi tinggal berapa?
Masih sambil berpikir, tapi akhirnya mengerti maksud saya, hmmm…10.
“Nah iya betul.” jawab saya.  Feeza kalau angkanya sama-sama puluhan berarti tinggalmelihat angka depannya aja ya…
Adiknya sambil mendengar saya kenalkan juga bentuk yang ada di mainan ikannya. Ini bentuk segitiga de, tabung,dan kubus.
Alhamdulillah… selesai pelajaran matematika hari ini, semoga semakin diasah semakin pintar dalam berhitung. Begitu pula adiknya.
#Tantangan10Hari
#level6
#KuliahBunsayIIP
#MathAroundUs

#ILoveMath

Media Kayu untuk Belajar Matematika


            Sejak usianya menginjak 1,5 tahun Nafeeza memang sudah dikenalkan dengan balok kayu. Saat itu kami diberi tahu oleh dokter Nafeeza. kita bisa menggunakan media kayu untuk belajar meningkatkan kreativitas anak. Awalnya hanya belajar untuk menyimpan balok diatas balok lainnya agar tidak jatuh. Semakin betambah usia, kemampuannya untuk membuat gedung bertingkat semakin baik. Saking senangnya sudah berhasil, jika Ia selesai membuat gedung, saya tidak boleh membereskannya. Biasanya dia akan marah jika tau gedungnya rubuh. Hehehe…
            Pelajaran matematika yang berhubungan dengan balok kayu bisa didapat beberapa materi, diantaranya ;
1.      Belajar bentuk
Ada berbagai macam bentuk yang digunakan untuk bermain seperti bentuk kubus, balok, limas segitiga, setengah lingkaran yang jika digabung menjadi lingkaran, tabung, dan bentuk seperti terowongan.
2.      Belajar ukuran
Melalui balok ini anak akan belajar menyusun ukuran yng besar dibawah dan ukuran yang kecil diatas, karena jika tidak maka gedungnya akan rubuh dan tidak memiliki pondasi yang kuat.
3.       Belajar Penjumlahan dan Pengurangan
Sambil menambahkan balok yang menyusun gedungnya, anak bisa menghitung berapa jumlah balok yang ia gunakan, jika kita menambahkannya beberapa balok,berapa totalnya (penjumlahan) atau jika hanya diberikan 10 balok kayu, bentuk apa yang akan dibuatnya.  Selain itu, anak juga bisa belajar setelah gedungnya selesai,jika diambil beberapa balok, berapa sisanya (pengurangan)
4.      Belajar Macam-Macam Warna dan Menghitungnya
Balok kayu memiliki warna yang beragam, ada merah, kuning, biru dan krem. Anak bisa belajar mengklasifikasikan berdasarkan warna, dan menghitung berapa jumlahnya.  
5.      Belajar Pembagian
Sambil membuat gedung anak bisa diberitahukan konsep pembagian. Jika ada dua orang anak seperti Nafeeza dan Zafran, kemudian jumlah balok kayu ada 20, berapa balok kayu yang didapatkan oleh masing-masing anak agar adil.  Anak bisa diajak untuk berhitung bersama hingga jumlah balok yang didapat hasilnya adalah sama.

Anak usia 4-5 tahun konsep matematikanya bisa diterapkan dari no 1-5, sedangkan Zafran yang baru 1 tahun masih mengenal bentuk dan ukuran sebagai perkenalan.

#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#MathAroundUs
#ILoveMath




             

Trik Mengajarkan Matematika pada Anak



“Siapa bilang matematika adalah pelajaran yang berdiri sendiri dan membosankan?”.

 Ada triknya supaya anak mau mengalihkan perhatiannya pada kita dan mendengarkan apa yang kita sampaikan. “Bunda sudah tau bagaimana caranya ?”

1.      Matematika bisa diajarkan dengan bernyanyi

Anak usia pra sekolah sering sulit dalam berkonsentrasi lama. Mereka masih ingin mengeksplor dunianya dan mencari tau dengan cara mereka sendiri.
Biasanya mereka akan langsung mengalihkan perhatiannya jika ada bunyi yang keras, mengagetkan, atau bunyi-bunyian yang menarik dan enak didengar. Oleh karena itu, jika bunda bernyanyi dengan nada yang enak didengar sambil menggunakan jemari sebagai isyarat angka contohnya, anak akan lebih mudah mengingat apa yang bunda ajarkan.

Kali ini saya mempraktekkan tips diatas dengan menyanyikan lagu tek kotek. Anak saya yang masih usia pra sekolah biasanya akan langsung merespon dan memperhatikan Mamanya bernyanyi. Kakaknya ikut bernyanyi, sedangkan adiknya ikut menggoyangkan tubuh atau membunyikan benda yang ada disekitarnya. Kebetulan ia sedang memegang kerincingan. Yes… saya berhasil merebut perhatian mereka. Berhubung kakaknya sedang belajar penjumlahan dan pengurangan, maka lirik lagu tek kotek saya ubah sedikit-sedikit sesuai konteks saya.  Ssstt…Bun, dengan cara ini Nafeeza mau mendengarkan dengan seksama lho pertanyaan saya dalam bentuk nyanyian. Konsep penjumlahan dan pengurangan pun berhasil disisipkan.

2.      Matematika diajarkan dengan mendongeng

Untuk anak yang senang bahasa, matematika bisa diselipkan sambil mendongeng. Nafeeza memang sangat suka jika mendengarkan saya mendongeng, bahkan ia sudah bisa mengikuti dan menciptakan ceritanya sendiri. Mendongeng dengan suara yang berbeda-beda mampu menyedot perhatian kedua anak saya. Apalagi jika ada backsound musik yang membuat mereka merinding atau aneh. Biasanya disela dongeng akan ada teriakan Iiiii, sereeeeem, atau tertawa karena backsoundnya yang lucu. Misalnya : “Wek wek wek wek wew”…atau “tuing dung praak”. Berbagai karekter lucu bisa disisipkan menyesuaikan dengan jalan ceritanya. Terkadang dongeng spontan yang berdasarkan imajinasi mamanya lebih menarik perhatiannya dibandingkan Ia mendengarkan saya membaca buku dongeng dunia. Tak lupa saya sisipkan unsur matematika didalamnya. Dasar pengurangan, penjumlahan, dan pembagian. Biasanya Ia akan ketagihan mendengarkan dongeng, dan ternyata humor yang saya selipkan akan terekam langsung dalam otaknya.

Keesokan hari jika Mamanya bercerita, pasti ia akan mengulang nada yang membuatnya tertawa.

Nah, bagaimana Mama? Apakah masih bingung mengajarkan anak matematika? Semoga tidak ya…
#Tantangan10hari
#level6
#KuliahBundaSayang
#MathAroundUs
#ILoveMath


Belajar Matematika Kapanpun dan Dimanapun


            Hari Sabtu kami berencana untuk pergi ke rumah saudara yang ada di Ciwidey. Jarak yang jauh membuat kami harus melewati tol agar dapat menghemat waktu dan tidakterkena kemacetan dijalan raya. Kami ditemani oleh Kakek dan Nenek Nafeeza dan Zafran.
            Saat kebosanan melanda di jalan tol, Nafeeza tiba-tiba nyeletuk meminta kakeknya untuk menghitung jumlah pohon yang mereka temukan saat mobil sedang melaju kencang. Dengan lantang Ia berteriak, “Ayo Bapak, kita hitung sama-sama!”. Bapak adalah sebutan untuk kakeknya yang merupakan ayah dari suami saya. “Bapak, itu ada pohon, satu, dua, tiga, dan mereka pun terus menghitung sampai keluar pintu tol. Ternyata ada lebih dari 10 pohon yang mereka temukan.  Alhamdulillah Nafeeza sudah lancar menghitung sampai 100 tanpa salah, jadi saat bertemu dengan jumlah yang lebih dari 10, Ia bisa menyebutkannya dengan benar.   
Perjalanan yang cukup jauh, membuat kami kepanasan, baju Nafeeza mulai basah karena keringat. Merasa tak nyaman, Ia mulai mengeluh dan menangis. Saya mengalihkannya dengan memintanya menunjukkan mobil-mobil yang berwarna hitam, biru, merah, dan abu-abu yang sudah ia temui selama dipejalanan.
Perhatiannya mulai beralih mengamati laju mobil yang berkendara dikemacetan lalu lintas. Zafran mendengarkan kakaknya sambil terus mengamati jalanan. Ia turut berkomentar dengan bahasa bayinya. “ Aah..uh..oh…” lucu juga mendengarnya. Mungkin Ia ingin memberitahukan "itu mobilnya, Ma".
Tak terasa kami sampai pada tempat tujuan, dan hari ini pelajaran matematika bisa didapatkan dengan mengamati benda sekitar yang dijumpai diperjalanan.

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#MathAroundUs

#ILoveMath

Mari Belajar Berhitung


Hari kelima belajar matematika kami memfokuskan diri pada berhitung. Ya… menghitung semua benda yang ada disekitar. Saat sedang bermain di tempat main, saya melihat dinding yang ditempelkan gambar pohon literasi. Oleh karena itu tercetuslah ide untuk menghitung jumlah daun yang ada digambar pohon tersebut. Daun yang mewakili buku atau artikel yang sudah kami baca. Ada 3 warna daun, hijau tua, hijau muda, dan kuning tua. Semua mewakili pemiliknya yang berbeda-beda. Daun itu milik saya, Nafeeza dan Zafran.

Daun yang berwarna kuning adalah milik Nafeeza, lalu kami mulai menghitungnya, dan ternyata ada 14 daun, daun hijau muda milik saya ada 10 daun, dan daun hijau tua milik Zafran ada 8 daun. Wow… Nafeeza pemenangnya. Hobinya membaca buku sejak umur 4 tahun, memang sudah menyiratkan bahwa Ia akan menjadi pemenang.

Pelajaran selanjutnya hari kelima adalah mengenal cara membaca jarum jam. Kebetulan ada mainan berbentuk jam yang tergeletak ditempat kami bermain. Saya mengajarkan Nafeeza cara membacanya. Jarum yang pendek menunjukkan jam berapa saat ini, sedangkan jarum panjang menunjukkan menitnya. Setiap angka menggambarkan menit dalam skala 5 menit, jika jarum panjang bergerak ke angka 1 artinya lebih 5 menit, angka 2 artinya lebih 10 menit. Agaknya dalam pelajaran jam ini Nafeeza masih berusaha mencerna, Ia belum paham betul maksud penjelasan saya. Tak apalah, ini bisa dijadikan perkenalan untuk Nafeeza. Zafran melihat mamanya menggerakkan jarum jam, Ia mengikuti saya dan menggerakkan jarum jam ke kanan dan ke kiri. Selain belajar arti jarum jam, angka yang tertera juga bisa dipelajari lagi. Mulai kembali berhitung 1-12. Memahami cara penulisannya, dan urutan angkanya.

Media jam bisa menjadi sarana belajar matematika yang beragam. Agar tidak mudah bosan, saya mengajak Zafran dan Nafeeza berhitung sambil bernyanyi. Zafran mulai mengikuti irama sambil menggerakkan tubuhnya, sedangkan Nafeeza ikut bernyanyi bersama saya. Alhamdulillah belajar matematika menyenangkan buat mereka. 

#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBundaSayang
#MathAroundUs

#ILoveMath

Gambar dan Angka dalam Matematika


            Saat saya sedang melihat beranda facebook yang suka menjual buku-buku bekas namun kualitasnya masih bagus, saya tertarik dengan buku “Match The Number”. Simple dan menarik minat karena hanya dipenuhi gambar dan angka. Saya merasa ini akan cocok untuk Nafeeza yang baru belajar mengenal angka dan jumlah bilangan. Saya membelinya saat usia Nafeeza masih 4 tahun.
Setelah memilikinya, benar saja Nafeeza cepat menangkap apa yang dimaksud berhitung dalam buku ini. Setiap halamannya bisa diubah dan disesuaikan antara angka dengan jumlah benda yang mewakili angka tersebut. Misalnya angka 1 diatasnya harus sesuai dengan jumlah benda dibawahnya yang hanya ada 1, atau bisa juga mencocokkan jumlah barang yang ada diatas dengan benda yang ada dibawahnya. Buku ini sangat membantu bagi para orang tua yang tidak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan alat peraga. Perlahan anak mulai bisa menghitung dengan mencocokkan gambar atau angka.
Buku yang sangat menyenangkan untuk para pemula. Zafran berlatih matematika sambil memperhatikan kakaknya menghitung. Saya mengenalkan terlebih dahulu gambar apa yang ada di buku tersebut. Kemudian, kakaknya membimbingnya menghitung berapa jumlahnya. Dengan begitu Ia belajar sekaligus, mengenal benda baru, dan menghitung jumlahnya. Walaupun zafran belum paham mengenai tulisan angka, namun semangat belajarnya tak kalah dengan kakaknya. Ia menyimak penjelasan kami dan ikut membolak-balikkan halaman buku.
Nafeeza yang sudah bisa berhitung, kemudian saya latih untuk bisa menuliskan angka setiap harinya. 1 hari 1 lembar buku. Kali ini angka yang ditulis adalah angka 14. Alhamdulillah Ia berhasil menyelesaikan tantangan dari saya. Semoga semangat kalian selalu terjaga ya Nafeeza dan Zafran.

#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#Level6
#MathAroundUs
#I Love Math
  
    


Belajar Matematika dengan Buah Stroberi


Hari ketiga belajar matematika  Zafran dan Nafeeza masih belajar menghitung benda yang ada disekitar. Kebetulan kami baru saja berkunjung ke rumah kerabat di Ciwidey. Pulangnya kami membeli stroberi buah kesukaan kami sekeluarga.

Stroberi saya cuci kemudian kami memakannya begitu saja dengan tambahan cocolan gula dipinggir.Buah ini memang masam tapi segar. Jika warnanya merah sekali rasa manis yang menempel dilidah membuat kami ketagihan untuk mencari lagi kawannya yang manis.

Zafran yang melihat saya dan Nafeeza asyik mencocolkan gula kemudian menemukan keasyikan  tersendiri bermain dengan buah stroberi. Ia memindahkan stroberi dari satu tempat ke tempat lainnya.

Mulanya ada 4 stroberi di mangkok kemudian Ia pindahkan kedalam piring. Sambil makan saya sambil mengajarkan untuk menghitung ketika ia memindahkan stroberinya, “satu, dua, tiga, empat.”
Agaknya Ia mulai memahami kalau mamanya sedang mengajarkannya berhitung. Kakaknya yang melihat sambil menyimak ucapan saya, kemudian saya beri pertanyaan.

“Ka, kalau awalnya ada 4 strawberry dan dimakan Mama 2 jadi sisa berapa?”

Dengan cepat Nafeeza menjawab, “dua!!”

“Betul”, jawabku. “Feeza hebat.”

“Lagi dong Ma”, tanya lagi, balasnya.

Belajar matematika dengan Nafeeza memang lebih asyik dalam bentuk soal cerita. Ia lebih tertarik belajar pengurangan dan penjumlahan dengan cara bercerita terlebih dahulu diawal sehingga bayangan tentang matematika yang rumit dan membingungkan terlupakan.

Kali ini zafran pun sudah bisa belajar memindahkan benda sambil berhitung.
Senangnya mereka akur dan mau belajar bersama.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#day3
#MathAroundUs
#ILoveMath

Wednesday, August 2, 2017

Ayo Cari Bentuk Lingkaran



       Hari kedua belajar matematika, kami masih membahas mengenai geometri. Kali ini kami mencari lingkaran dalam berbagai bentuk yang ada ditempat bermain. Kebetulan saat itu, banyak barang yang bisa dijadikan contoh untuk belajar.
          Lingkaran merupakan bentuk dalam matematika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benda yang digunakan Zafran dan Nafeeza untuk bermain, banyak yang berbentuk lingkaran. Perlahan Nafeeza mulai menyebutkan satu per satu contoh bendanya, misalnya saja : Bola, lampu, kelereng, roda ban mobil, setir mobil-mobilan Zafran, balok kayu, dan lain sebagainya. Nafeeza sudah lancar menyebutkan bentuk lingkaran disekitar tempatnya bermain. Zafran mendengar dan meraba mainannya sambil melemparnya keatas. Roda ban diputar-putar olehnya, pertanda benda yang berbentuk lingkaran bisa bergerak bebas kesana-kemari. Zafran yang masih dalam tahap awal mengenal bentuk, mulai merasakan permukaan yang disentuhnya. Ia mndengarkan penjelasan kakaknya sambil melatih indera perabanya.   
          Setelah menemukan bendanya, kami mulai berhitung bersama-sama. Sambil melihat sekeliling, menyebut dan menghitung berapa jumlah lingkaran yang ada di tempat main. Alhamdulillah Nafeeza sudah lancar menghitung berapa banyak jumlah lingkaran yang ada disana. Ternyata ditemukan 10 lingkaran dalam berbagai bentuk.
          Pelajaran kami selanjutnya adalah mengurutkan bentuk terkecil sampai terbesar. Kebetulan ada berbagai bola dalam beragam ukuran. Nafeeza sudah bisa melihat mana benda yang paling besar, mana yang paling kecil, dan perbandingan benda diantar semuanya. Zafran ikut melihat dan memperhatikan kakaknya. Alhamdulillah kegiatan matematika hari kedua pun berjalan lancar. Semoga esok hari semangat mereka masih tetap terjaga. Aamiin…

#Tantangan10hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
#Day2




 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design