Saturday, February 25, 2017

Melatih Kemandirian Feeza Kembali

Melatih konsistensi mandiri Nafeeza memang susah-susah gampang. Ternyata perlu trik dan kesabaran yang ekstra supaya bisa menarik napas dengan lega…hehehe… lebay . Tugas ini bukan hanya untuk anaknya, namun juga Ibunya diminta untuk berpikir dan berlatih.
Tak terasa sudah memasuki hari ketiga belajar makan sendiri. Hari ini kondisi saya tidak terlalu fit, sehingga tidak bisa masak yang kaya kreasi. Hanya menu alakadarnya, disertai rasa was-was karena adiknya yang bayi sudah mulai menangis dan minta digendong. Seperti biasa, pagi-pagi setelah Ia bangun, Saya menyuruhnya untuk buang air kecil dan menyikat giginya. Sarapan pagi, Ia hanya minta dibuatkan telur kocok dengan tambahan wortel dan keju parut. Oke… langsung saya buatkan. Masih bisa saya handle, pikir saya. Senang rasanya Ia berkomentar, “Makasih ya Mama, sudah buatin aku telur. Aku kan suka telur.” Ups… melambung rasanya anak memuji, ditengah kesibukan dan kondisi yang tidak fit.
Kurang tidur setiap harinya, membuat badan serasa melayang karena darah rendah. Eits, jangan senang dulu… ternyata menu telur setiap harinya walaupun gampang, mungkin membuatnya sedikit bosan. Saat makanan sudah terhidang dimeja makan, saya menemaninya duduk disebelah dan makan bersama. Namun, Ia hanya berkomentar agar membantunya memotong telur dipiring, dan saya pun menurutinya. Potongan telur perlahan mulai Ia makan, harapan saya dia menghabiskannya sambil duduk dimeja makan ternyata sirna. Pada suapan ke-empat Ia mulai bosan dan berjalan-jalan. Ia meraih benda disekitarnya dan mulai bercerita kesan-kesini, seolah tak ingat makanannya belum habis. Hmm…  mulai lagi deh kesabaran diuji. ”Nafeeza, ayo makannya dihabiskan sambil duduk.” Pinta saya. Ia pun kembali ke meja makan dan mulai memasukkan nasi beberapa suap kedalam mulutnya. Sudah terlihat bosan sebetulnya, tapi saya berusaha mengajaknya menghabiskan makanannya. Hingga akhirnya Ia berdalih, Aku kenyang Mama. “Aku sudah cukup makannya” Ia mencoba bernegosiasi. Hmm… oke sarapan kali ini sampai disini dulu, tapi jangan lupa minum dan berdo’a.
Lain halnya dengan sarapan, saat makan siang tiba, saya berusaha memasak yang agak lengkap. Ada sayur jamur, daging, dan tahu goreng. Lagi-lagi dia menawar, “Aku cuma mau tahunya Mama.” Tarik napas lagi nih dalam-dalam… “Feeza harus makan sayur, biar sehat”. Saya berusaha menjelaskan. Akhirnya setelah tahu dipotong-potong, Ia mau mencoba beberapa suap sayur jamur. Saya berusaha menyiapkan sayurnya dalam sendok, dan Ia yang menyuapkannya kedalam mulutnya. Ya…ini salah satu trik agar Ia mau makan sendiri. Ditemani disebelahnya, dan disiapkan suapan nasinya diatas sendok. Tidak apalah, setahap-demi setahap, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Saat makan malam tiba, Ia berdalih masih kenyang. Saya berusaha menidurkan adiknya terlebih dahulu, dan mengajaknya makan setelah adiknya tidur. Menu dua anak yang cukup berbeda, terkadang membuat saya bingung, harus menghidangkan apa agar makannya lahap. Saya bertanya padanya, “mau makan apa? Daging steak mau?” Ia pun menjawab ” Iya,Mau”. Saya berusaha menghidangkan steak sederhana yang terlintas dalam pikiran. Hanya bumbu sederhana seperti garam, merica, bawang putih dan olive oil. Alhamdulillah, Feeza suka.  Berhubung dagingnya besar, saya memotongnya kecil-kecil sesuai porsi makannya. Saya menyiapkan nasi dan daging yang sudah disuwir dalam satu suapan bola-bola nasi, sehingga Ia hanya tinggal memasukkannya dalam sekali hap.
Diluar dugaan, makannya lahap dan langsung memasukkannya kedalam mulut dengan semangat. Saya melihatnya dan terharu. Mungkin, rasa laparnya sudah muncul kembali setelah Ia menunggu saya agak lama saat menidurkan adiknya. Senang, dan lega rasanya makan malam hari ini ditutup dengan makan sendiri dan duduk ditempat tidak jalan-jalan. Besok–besok dan besoknya lagi, semoga selalu konsisten terus ya nak.
#Kemandiriananak
#KuliahbunsayIIP

#level2         

Friday, February 24, 2017

Berlatih Mandiri untuk Feeza


Hari jumat tanggal 24 februari ini merupakan hari kedua untuk melatih feeza mandiri mengerjakan list kemandirian yang sudah disusun. Hari ini Alhamdulillah makan pagi, siang, dan malam sudah mau mencoba untuk makan sendiri. Menu yang disajikan hanyalah menu sederhana, nasi goreng dipagi hari, nasi dengan telur ceplok disiang hari, dan malam hari makan mie dan kentang goreng.
Setelah dievaluasi yang menyebabkan Ia malas untuk makan sendiri adalah karena keadaan dan menu yang disajikan. Jika melihat ibunya sedang sibuk dengan adiknya, Ia mau berusaha makan sendiri, namun jika adiknya sedang tidur, seperti ada keharusan untuk membersamainya dengan menyuapinya makan. Selain itu, menu seperti kentang goreng yang Ia minta, memang merupakan menu yang pas untuk mengambil dan belajar makan sendiri. Sebetulnya untuk makanan camilan dan makanan ringan yang sekali hap, Ia memang sudah bisa makan sendiri, hanya makanan lengkap saja yang terkadang malas untuk menyuap.
Alhamdulillah, setelah membuat kesepakatan, 3 kali makan hari ini Ia berusaha untuk makan sambil duduk. Tidak lagi jalan-jalan sambil menonton televisi. Walaupun Ia sempat bertanya dengan kesal, Mama kenapa makan koq harus buat perjanjian?”. Hehehe… ini akal Mamamu demi kebaikanmu juga nak. Semoga hal ini bisa terus bertahan menjadi kebiasaannya dimasa yang akan datang.
Oh ya… hari ini melatih kemandirian sudah ditambah dengan inisiatifnya untuk mencuci piring dan sendok sendiri. Selain itu, Saya membiasakan membuang sampah pada tempatnya, dan menyimpan piring kotor bekas makan ditempat cuci piring. Senang rasanya jika semua dikerjakan atas inisiatifmu sendiri nak, dan Ia merasa bahagia karena Mamanya bangga atas pertolongannya mencuci piring.

#kuliahbundasayangIIP

#Melatihkemandirian
#level2 

Thursday, February 23, 2017

Belajar dari Kehidupan part 2

Belajar dari Kehidupan part 2


Mak emak...sahabat saya tersayang dimanapun berada,bosen ga baca postingan tentang belajar?
Kali ini saya belajar dari anak sendiri. Siang tadi dia minta segera main sepulangnya dari sekolah. Ekspresi manja dan "keukeuhnya" itu kadang bikin gemes dan menguras kesabaran.
"Mama... aku mau main sama kakang !". (Kakang adalah adik sepupunya yang rumahnya tak jauh dari rumah kami ). Rasanya tidak boleh lagi ada tapi dan koma dibelakang kalimat permintaannya, dan saya harus menuruti permintaannya saat itu juga.
Walaah... nih anak mulai lagi deh, saat itu juga saya langsung meng-counter permintaannya dan berkata "Kaka, kakangnya juga lagi tidur siang." Kaka boleh main tapi nanti sore ya...
Sore hari pun tiba…
Kaka langsung menagih janji saya, " Mah, udah sore ni, kita main kerumah Kakang sekarang yu!" Ups... dia masih inget terus ni ucapan saya tadi siang."Tapi Mama belum solat ashar Ka, Dede juga belum siap-siap bawa bekel makanan. " sanggah saya. "Ya sok Mama sholat dulu, Aku tungguin." Euleuh... meni keukeuh. Ya sudah saya ngalah... sholat beres, siapin bekel Dede pun beres. Maka kami pun siap-siap pergi ke rumah Kakang.

Ketika saya membuka pintu, hujan gerimis terlihat, duh mesti bawa payung, selimut, bekel, dan gendong adiknya yang masih bayi. Ribet banget ya… pikir Saya dalam hati.   
Tapi Kakak tetap merengek pergi, "Mamah ... hayu pergi" dengan terus merengek dan setengah memaksa, ditambah tangisan yang mulai menjadi. "Mama, kan tadi Mama janji, Aku boleh main sore-sore sama Kakang.
Deg, mulai deh nagih janji lagi. 
Ya sudahlah... kali ini Saya memang salah, janji harus ditepati. Akhirnya kami pun pergi menuju rumah Kakang. Lumayan dekat, namun harus turun tanjakan dengan barang lumayan banyak, menguji perjuanganku.
Satu hal yang jadi pelajaran, "jangan menjanjikan sesuatu jika Kau tak yakin bisa menepatinya, sekalipun dengan anak kecil umur 5 tahun." Ingatannya lebih tajam dari pedang😂hehehe...


Melatih Kemandirian Anak


Mulai hari ini, kamis 23 februari 2017 Kami memulai lagi perjalanan kuliah Bunda Sayang. Perjalanan untuk melatih kemandirian anak-anak kami. Saya mempunyai PR yang cukup melatih kesabaran dalam melatih kemandirian anak, terutama anak yang pertama. Usianya sudah 5 tahun, namun dalam beberapa hal masih sangat tergantung orang tua.  
Berikut beberapa list kemandirian yang saya harapkan dapat dicapai oleh Nafeeza setelah berlatih, diantaranya :
·           Belajar makan sendiri, tanpa jalan-jalan.
·           Belajar merapikan mainan dan buku setelah digunakan.
·           Belajar tidur sendiri
·           Belajar mengambil pakaian sendiri darilemari dengan rapi.
Hal yang terlihat simple dan sederhana, namun pada pelaksanaannya cukup membuat Mamanya melatih kesabaran.
Berlatih makan sendiri sebetulnya sudah sejak lama dibiasakan, namun jika Ia makan dirumah dan disamping Mamanya,entah kenapa selalu saja ingin disuapi. Atau dia berdalih siapkan makanan diatas sendoknya Mah, nanti Aku suap sendiri.    
Hari ini, saya coba dengan menu berbeda, ada mashed potato kesukaannya, ditaburi keju diatasnya. Simple,namun saya berhasil membuatnya mengangkat tangan dan duduk ditempat sampai kentangnya habis. Alhamdulillah sarapan berjalan sukses. Ia masih teriming-imingi bintang jika berhasil, dan selalu ingin dibelikan mainan. Saya pun berusaha menjelaskan,jika hadiah terbaik adalah untukkebaikan dirinya sendiri. Untuk makan siang dan makan malam, masih disuapi, sehingga pelajaran kemandirian ini belum berhasil sempurna. Kebetulan siang dan malam, makannya disuapi oleh Omanya karena sedang berkunjung. Semoga esok bisa lebih baik lagi.
#KuliahbundasayangIIP
#Melatihkemandiriananak
#level2
#day1
  


Friday, February 17, 2017

Indahnya Belajar Tak Kenal Usia

Belajar untuk maju itu tak kenal usia ya teman.
Saat itu saya sedang mengikuti ujian akhir semester Universitas Terbuka. Saya tertegun melihat seorang kakek yang semangat datang ke tempat ujian.
Ia begitu percaya diri masuk kedalam ruangan.
Bapak pengawas menegurnya dan berkata, " Nyandak sabaraha SKS dinten Ieu Pak?" "10" jawabnya. Mendengar jawaban sang Kakek kekaguman saya bertambah. Semangat dan percaya dirinya luar biasa.
Ada rasa malu dalam diri ini ketika saya hampir saja menyerah untuk tidak belajar lagi karena kesibukan mengurus anak. Jika tidak dibarengi dengan semangat dari kawan lain dan teguran hangat dari dosen pembimbing mungkin semangat saya runtuh saat itu juga. Namun, Allah masih menyayangi saya.
Saya dipertemukan dengan berbagai orang yang luar biasa saat itu.
Semangat, percaya diri yang tinggi dari mereka telah menampar kemalasan dan keegoisan saya. Melihat semangat juang mereka, saya pun kembali bangkit. Mencoba mengatur kembali waktu keseharian, dan menyempatkan untuk belajar setiap harinya.
Berat memang, karena sambil mengasuh anak yang masih balita. Butuh kerja keras ekstra, apalagi ketika Ia sedang sakit. Ada yang harus diprioritaskan ketika Allah menguji konsistensi dan kedisiplinan saya.
Lagi-lagi pelajaran dalam kehidupanlah yang paling menusuk dan menggores hati, ternyata bukan hanya saya saja yang kesulitan, semua orang mempunyai permasalahan masing-masing. Ketika salah seorang teman menceritakan bahwa Ia harus belajar sambil bekerja di negri sebrang, dan teman lainnya berkata saya juga punya bayi dan anak saya ada 2, dengan segala keruwetan manajemen waktunya, berbagi cerita membuat kami melepas beban sejenak. Aliran rasa yang muncul begitu saja, padahal kami belum pernah bertatap muka sebelumnya. Mengobrol hanya sekejap saat istirahat, sudah cukup membuat beban kami berkurang sedikit.
Pengalaman, dan nasib yang sama membuat kami saling merasakan satu sama lain. Tua, muda, perempuan ataupun laki-laki tak ada batasan. Semua berbagi begitu saja, melepas beban sejenak, dan saling bertukar pikiran. Pertemuan kami pun tidak seperti kuliah di Universitas yang Mahasiswanya bertatap muka, kami hanya bertemu jika mata kuliah yang diambil sama, atau jam ujiannya sama.
Oh ya ... ada lagi, ketika ujian berlangsung, teman sebelah kami bukanlah dari jurusan yang sama, otomatis kami tidak mengenalnya. Pokoknya, kuliah di Universitas ini membutuhkan usaha yang nyata dalam diri masing-masing. Jika tak belajar semalam, ya ... siap-siap mengulang di semester berikutnya.
##################################
Ujian pun berakhir, Saya mengecek nilai di website Universitas Terbuka. Dengan harap cemas akan nilai yang didapat, saya membuka websitenya, dan memasukkan NIM saya.
Deg, deg, deg ... ada harapan nilai bagus akan saya peroleh pada mata kuliah yang saya rasa bisa mengerjakannya. Namun, saya pasrah pada beberapa mata kuliah. Susah ... begitu jawaban semua teman saat saya menanyakan setelah ujian mata kuliah itu berakhir.
Bismillah...
Akhirnya layar laptop memunculkan nilai yang saya peroleh pada semester ini, beberapa nilai yang tidak saya duga menghiasi ragam angka yang saya peroleh.
Ah... segitu aja sudah bersyukur, pikir saya. Waktu itu ada beberapa mata kuliah yang sulit dan memang saya hanya bisa pasrah.
Alhamdulillah hasilnya pun tidak terlalu mengecewakan.
.
Tiba-tiba ada telepon kerumah, saya diminta mewakili jurusan sastra Inggris sebagai mahasiswa. Deg ... emak yang sudah beranak satu ini mulai lagi berdebar tak karuan.
Terima- jangan ... terima - jangan ...
Akhirnya dengan ijin suami dan Mama, saya memberanikan diri datang.
Ups... yang datang masih muda semua. Saya berasa tua sendiri. Eh tapi jangan salah, dipanggil neng bukan Bu saat itu membuat saya senang. Mahmud (mamah muda) mulai beraksi, menjawab pertanyaan assesor dan mulai bertukar pikiran.
Ada satu anak muda yang semangatnya begitu membara. Ia mengambil jurusan MIPA dan mendapat IPK 4. Nilai yang fantastis untuk sistem yang berbeda di Universitas terbuka. Ia menceritakan bagaimana cara belajarnya dan strategi apa yang Ia gunakan agar peluang IPK 4 dicapai dengan mudah. Metode SKS Universitas Terbuka memang memberikan peluang agar mahasiswanya bisa lulus lebih cepat, sehingga dengan nilai IPK 4 target kelulusan dapat direncanakan sesuai dengan keinginan mahasiswanya.
Saya diberikan lagi pelajaran oleh Allah. Seolah Allah berkata, "lihatlah Lia, semangat juangnya hebat sekali." Ternyata setelah panjang lebar bercerita, Ayahnya lah yang selalu memberinya lecutan agar Ia mampu memberikan nilai terbaik.
Saya pun kembali tertunduk, malu ... kenapa kadang saya menyerah dengan keadaan ? Malas belajar membuatmu rugi, begitu pikir saya dalam hati.
Ya Allah ... Engkau memang Maha Pengasih dan Penyayang. Bijak sekali membukakan jalan untuk hamba-Mu yang penuh alpa ini.
Ya ... sejak saat itu, saya tak mau kalah dengan anak muda. Walaupun saya berstatus Mamah Muda😂, Saya ingin lulus kuliah lebih awal. Saya ingin bisa mengamalkan ilmu yang saya peroleh untuk anak-anak saya kelak.
Belajar memang tak pernah ada kata terlambat, dimanapun, kapanpun, selalu ambil hikmahnya. Jadilah gelas kosong yang siap menerima ilmu, agar bisa memperoleh manfaat sebaik-baiknya.
#kabolmenulis6
#day10

Aliran Rasa Komunikasi Produktif


Belajar bersama semua Bunda hebat dalam komunitas ini, membuat saya semakin terpacu untuk memperbaiki diri. Setelah membaca materi komunikasi produktif, dalam hati saya banyak berkata, ooo gitu, ooo …  seharusnya memang begitu ya, benar juga ya. Mungkin memang terlambat untuk mengetahui, namun lebih baik daripada tidak sama sekali.  
Materi komunikasi produktif ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun pelaksanaannya terkadang menyulitkan untuk dilaksanakan. Ada beberapa peristiwa yang kadang membuat saya harus berusaha mengingat materi ini dan berusaha menjalankannya dengan baik ketika sedang berkomunikasi dengan anak.
Alarm dalam otak untuk berusaha menahan marah ketika menemukan hal yang mengecewakan disaat terjepit merupakan hal yang cukup sulit bagi saya. Misalnya saja ketika menyiapkan anak sekolah, dan anak saya tidak mendengar. Butuh waktu dan proses dalam menjalaninya. Namun saya yakin, materi ini sangat baik. Bisa membawa perubahan akhlak bagi semua yang menjalankannya untuk berkomunikasi dengan sesama.  

Terima kasih untuk teteh-teteh fasil yang sudah bersedia membimbing kami, dan berusaha menemukan pola komunikasiyang produktif dalamkeseharian kami. Semoga kami bisa menjalankannyalebih baik lagi. Aamiin …  
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang

Wednesday, February 8, 2017

Metode Dongeng yang Sakti


                Sejak sakit di hari minggu, Nafeeza istirahat dirumah 2 hari. Setiap hari jam2 siang saya selalu membiasakan agar kedua anak saya beristirahat untuk tidur siang. Namun, terkadang hal itu tidak berjalan sesuai rencana. Feeza memang agak susah untuk disuruh tidur siang, dan selalu beralasan tidak mengantuk. Akhirnya saya mengeluarkan jurus andalan saya. Ya… jika keadaan sudah tidak memungkinkan untuk saya beraktivitas lagi, namun anak belum bisa tidur, saya mulai mendongeng untuk mereka. Dongengnya pun beragam. Mulai dari Ular, Raksasa, Kambing, semua hanya berdasarkan imajinasi belaka. Biasanya ketika mereka sudah bosan bermain, jika mendengar suara karakter tokoh yang saya lakonkan, dengan sendirinya mereka akan terdiam dan mendengarkan cerita.
         Kali ini bercerita tentang Doraemon dan Nobita. Ia terlihat begitu antusias sekali mendengarkan. Maka, mulailah saya dengan petualangan Doraemon dan Nobita yang sedang masuk kedalam lorong bawah tanah untuk mencari harta karun. Awalnya, Feeza mungkin menyangka Saya hanya akan bercerita dan dia mendengarkan, entah kenapa ditengah dongeng terbersit ide untuk menyisipkan pelajaran Matematika. Saya pun mulai bertanya, “ jika Doraemon dan Nobita menemukan 3 koin emas, kemudian setelah menggali lebih dalam lagi menemukan 4 koin emas, maka sekarang berapa jumlah koin yang dimiliki oleh Nobita ?” Ia pun mulai menghitung dengan jarinya, dan menjawab, “7” dengan nadanya yang khas. Ya… metode dongeng Ini memang sakti untuk meredakan amarah dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan gadget. Ia akan dengan senang hati mendengarkan, dan tertarik untuk memusatkan segala pehatiannya pada apa yang saya utarakan.
                 Dongeng Nobita dan Doraemon belum berhenti sampai disitu, Saya mulai menyisipkan lagi beberapa pertanyaan tambahan yang berhubungan dengan penambahan dan pengurangan. Sangat senang rasanya, jika Feeza bisa menjawab dengan tepat semua pertanyaan Saya. Ia mulai bisa berpikir tanpa harus saya beritahu metode matematika apa yang harus Ia gunakan. Saya iseng menanyakan pejumlahan yang angkanya agak besar, kemudian Ia mulai berpikir. Jika angka tersebut terbayang bisa menggunakan jangkauan jarinya, maka Ia akan menjawab dengan tepat, Misal 5 ditambah 5 jadi10. Namun, jika lebih dari 10 Ia mulai kebingungan. Mungkin Ia berpikir tangannya tak cukup untuk menambahkan lagi, maka saya mulai dengan perumpamaan, jari ditangan kiri masing-masing melambangkan puluhan. Perlahan, Ia mulai mengerti, dan meminta dongeng berlanjut dengan penyisipan matematika didalamnya. Oke, Saya harus mengumpulkan ide kembali agar Nobita dan Doraemon kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
                 Penutup cerita, saya menceritakan semua koin yang disimpan oleh Nobita akhirnya habis.3 diberikan pada Ibunya, 2 hilang dijalan, dan 1 diberikan pada Shizuka. Saya berharap Ia segera tidur siang, eh … diluar dugaan malah meminta saya untuk mendongeng kembali. Mata yang sudah 5 watt pun harus dibuka lagi.
Alhamdulillah Nafeeza dan Zafran pun senang.        
Semoga saya bisa konsisten mendongeng dan memberikan yang terbaik untuk mereka.     

#Tantangan10 hari
#day5
#komunikasiproduktif

#KuliahBunsayIIP     

Friday, February 3, 2017

Konsisten dan Disiplin itu Perlu

"Ma, aku mau dibacain buku yang ini " ujar Nafeeza ketika saya sedang menemani adiknya tidur dikasur. “Oke, tapi abis dede bobo ya.” Jawab Saya. Sebelum  Nafeeza meminta Saya membacakan buku, Saya memang sudah berjanji padanya untuk membacakan buku.
Ketertarikannya membaca semakin terlihat sejak usianya 4 tahun. Awalnya dia hanya menggunakan e-pen. Semacam alat bantu membaca yang bisa mengeluarkan bunyi dan membacakan sendiri bacaan tersebut. Dulu Ia tertarik dengan Bumi, kemudaian Dinosaurus, Alam, dan Musik. 
Ya … Alhamdulillah dari proses belajarnya itu, Ia bisa mulai membaca sendiri. Tanpa harus Kami ajarkan mengeja dia mulai bisa membaca karena pengulangan kata yang Ia temukan saat membaca.
Dulu, saat usianya masih 1 tahun, Ia memang sudah mulai tertarik dengan nada dan huruf ABC. Matanya selalu memandang televisi dan seolah menghapalkan bagaimana lafal bunyi-bunyian dari huruf tersebut. Beranjak 2 tahun, Saya selalu mengulang membacakan buku cerita yang sama. Berhubung masih balita, maka buku yang dipilih adalah buku yang banyak gambarnya. Ia mulai tertarik, bahkan akhirnya hapal isi buku ceritanya dan sudah bisa menceritakan apa isi bukunya sama seperti ketika Saya membacakan cerita. 
Pernah suatu ketika, Saya sedang memasak didapur, akhirnya Saya tinggalkan Ia sendirian diruang tengah. Tak sengaja saya mendengarnya membaca buku,sama persis seperti ketika saya membacakan cerita. Perlahan-lahan, saya mulai menambah koleksinya. Bahkan, jika saya kebingungan bagaimana cara menasehatinya agar mau makan sayur, berani tidur sendiri, dan berani ke dokter, lebih ampuh jika saya membacakan buku tentang semua itu terlebih dahulu. Ia akan lebih antusias mendengarkan,bahkan meminta saya mengulang ceritanya.
Bukan hanya membaca, agaknya Ia meyukai mendongeng dan bisa mempraktekkannya ketika sedang bersama adiknya berdua. kadang,saya tinggalkan mereka ketika saya sedang sibuk memasak didapur. Ia mengambil boneka anjing, dan mulai bercerita karangannya sendiri. Saya memang sering mendongengkan cerita karangan saya ketika Saya sedang benar-benar mengantuk, dan Ia minta Saya bercerita. Tak disangka, Ia bisa mempraktekkannya kembali didepan adiknya. 
Alhamdulillah hasil dari konsisten dan disiplin belajar membaca membuatnya semakin pandai. Saya pun harus belajar disiplin melawan kantuk,dan mau konsisten mendongeng jika Ia meminta Saya bercerita kembali. 

             #Tantangan10hari
#day3
#Komunikasiproduktif
#KuliahBunsayIIP 
        
    


Thursday, February 2, 2017

Peran Komunikasi Anak dan Orang Tua

Tantangan dan Penghargaan

Hari ini Kaka Nafeeza tidak sekolah. Semalam hidungnya meler,dan sering batuk-batuk. Rasanya dengan kondisi begitu Ia tak akan konsentrasi disekolah. Maka Saya putuskan untuk menyuruhnya beristirahat dirumah saja.  
Kamis ini Saya mengajaknya untuk melatih konsistensi makan yang rapi. Makan yang tidak menyisakan nasi berceceran di lantai. Ini hari kedua Ia menerima tantangan tersebut. “Nafeeza, kalau makannya rapi nanti mama kasih bintang ya!”ujar saya member tantangan. Ia pun bersemangat menjalani tantangannya. Nafeeza Ingin agar saya memberikan Reward atau penghargaan atas usahanya itu. Maka saya pun menyepakati dengan memberinya 10 bintang jika Ia mau makan dengan rapi dan tidak berjalan-jalan.
Sejak saya mengikuti penjelasan Fingerprint disekolahnya, saya semakin sadar kalau Nafeeza adalah tipikal anak yang perasa. Maka istilah yang cocok untuknya adalah penghargaan dan surprise (kejutan). Ia tidak suka jika saya memberinya hukuman atas kesalahannya. Istilah hukuman hanya akan membuat semangatnya turun.  Maka Kami pun bersepakat untuk membuat ketentuan, Nafeeza akan diberikan bintang10 jika makannya rapi dan baik.
Alhamdulillah dihari kedua, ada perubahan yang signifikan. Makannya mulai lebih terjaga, dan tidak membiasakan untuk berjalan-jalan. Jika ada sisa makanan yang jatuh dilantai, maka Ia akan mengambilnya dan mengumpulkan untuk sementara sebelum diberikan pada ayam peliharaannya.
Semoga hal ini berlangsung terus ya … kesepakatan Kami, jika dalam 10 hari makannya baik, maka 100 bintang ini bisa ditukar dengan mainan. Komunikasi dengan anak memang perlu dijalin lebih baik, agar kita saling mengerti dan saling memahami keinginan masing-masing.
#tantangan10hari
#day2
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP



Menulis Kata Rindu



Ada banyak cerita yang bisa diungkap dengan menulis, salah satunya adalah ungkapan kata rindu. 
Menulis membuat isi hati kita tersalurkan, dan kita menjadi plong...
Saat menuliskan puisi ini,rasa rindu memang sedang menghampiri, semoga berkenan membacanya hingga tuntas.  

Menulis Rindu dalam Kalbu

Teman, menulis itu penyambung rindu
Rindu yang selalu menggetarkan kalbu
Terkadang rasa sedih menyelinap bagai debu
Hingga menahan air mata pun aku tak mampu
Menulis itu membuat candu
Menguntai kata hingga beribu ...
Satu cinta yang kutunggu
Tak jadi datang dihari rabu
Walau begitu Aku tetap menantimu...
Karena Kaulah satu pencuri hatiku
Tetap setia dalam penantianmu
Sambil mendengar lantunan Ayat suci yang syahdu..
Hatiku terbawa mendayu-dayu
Ingin segera bertemu denganmu

Bandung, 2 Februari 2017

Wednesday, February 1, 2017

Perempuan Hebat


Apa yang ada dibenak Mama saat mendengar kata perempuan hebat ?
Perempuan yang saya maksud disini adalah perempuan yang berjuang sendiri membesarkan anak-anaknya. Ia yang karena nasib harus berjuang melawan kerasnya kehidupan demi kebahagiaan anak-anaknya. Ratusan bahkan ribuan terjangan pun akan berusaha Ia lalui dengan penuh semangat dan tanpa kenal lelah, karena Ia tau putus asa bukanlah jawabannya.
Perempuan inilah yang selalu menginspirasi semangat saya ketika saya sedang lelah dengan urusan domestik yang tak ada habisnya. Tak sengaja kami bertemu, dan saya berasa ditampar akan mudahnya saya mengeluh tentang kehidupan. Ia bercerita ketika masa sulit dulu, Ia hanya berdoa pada Allah agar diberi “ilmunya”. Ilmu sabar dan ikhlas menjalani cobaan hidup karena Allah takkan pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba- Nya.
Perempuan hebat ini menyisakan segenggam harapan baru dalam diri akan pentingnya rasa Syukur dan semangat meraih impian. Impian tanpa batas yang dibarengi dengan kekuatan diri dan tawakkal pada Allah SWT. Pernah suatu ketika anaknya yang kembar sakit dan butuh perawatan dengan biaya yang tinggi. Perempuan hebat ini tak tau harus mencari biaya kemana setelah berusaha berobat dengan dana seadanya dan bantuan dana keluarga miskin. Anaknya yang kembar, ditambah 2 anak lagi masih butuh perhatian lengkap darinya.
Ketika anak kembarnya sakit, Ia hanya bisa menepuk anak yang satu dengan kakinya, dan satu lagi dengan tangannya. Air matanya meleleh ketika Ia harus menjaga mereka sendirian, tanpa ada suami disampingnya. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkahnya dan menjadikan Ia putus asa. Ia terus berusaha berdiri walau tertatih, dan hanya meminta pertolongan dari Allah SWT.
Sebuah pelajaran dalam hidup, yang terus melintas dalam angan saya, bahwa Ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia. Ibu rumah tangga haruslah kuat untuk anak-anaknya. Sesulit apapun, jangan penah menyerah, karena Allah yang mempunyai kuasa akan diri kita.
Semoga Allah senantiasa membekali Saya dan semua Mama yang membaca dengan“Ilmu” yang membawa kita untuk senantiasa berjuang dan bersyukur akan nikmat tak terhingga yang Allah berikan.

Menggunakan Kalimat Tunggal dalam Berkomunikasi


Kuliah Bunda Sayang kali ini sangat menantang saya. Sempat bertanya dalam diri, apa sanggup menyelesaikan tantangan konsistensi selama 10 hari ini kedepan ? Pasalnya setelah menjadi Ibu Rumah Tangga dengan segudang PR yang cukup banyak, banyak pula alasan yang selalu saya buat sebagai alibi untuk lalai dari tugas. Bukan alasan yang dibuat-buat sebenarnya. Saya sering lalai karena pemakluman dalam diri yang merasa sudah terlalu lelah dengan segudang aktivitas, dan akhirnya diri ini berkata … “sudah malam, saya butuh istirahat.”
Bismillah … berangkat dari niat menuju perubahan yang lebih baik, semoga tantangan yang diberikan semakin mengasah kemampuan dan konsistensi kedisiplinan dalam mengerjakan tugas.
Komunikasi Produktif yang dimaksud disini adalah komunikasi yang terjadi dalam anggota keluarga. Antara Istri dengan suami, Ibu dengan anak, Ayah dengan anak, dan komunikasi keseluruhan anggota keluarga dalam forum.
Banyak ilmu dalam komunikasi produktif yang saya belum praktekkan, diantaranya adalah menggunakan kalimat tunggal dalam memberikan kalimat perintah. Seringkali secara tidak sengaja penggunaan kalimat majemuk mnjadi kebiasaan dalam berkomunikasi dengan anak.


Setiap pagi hari, saya selalu membiasakan anak saya yang pertama untuk selalu pergi ke kamar mandi ketika dia bangun tidur.  “Feeza, bangun tidur langsung pipis, cuci muka, dan gosok gigi ya!” 
Saya selalu berusaha membiasakan hal tersebut agar dia tidak lupa menjaga kebersihan dirinya.  Anaknya sih masih terlihat mengantuk, dia hanya berguling dikasur dan berusaha bangun setelah ada tanda peringatan dari saya kalau hari beranjak siang.  3 kegiatan yang saya tekankan ternyata sering Ia lupa. Hanya pipis saja di kamar mandi, atau terkadang Ia bilang Ma, … “Mau sikat gigi dulu “, selanjutnya lupa deh belum cuci muka dan pipis. Tadinya .. Saya berharap 3 kegiatan itu bisa langsung dikerjakan sekaligus, ternyata saya salah. Untuk anak seusianya, yang masih belajar menangkap kalimat perintah, akan lebih efektif jika kita menggunakan kalimat tunggal saja. Jika meminta anak mengerjakan pekerjaan, biarkan Ia menyelesaikan satu per satu tugasnya, barulah kita menambahkan tugas berikutnya.
Pulang sekolah, saya coba menggunakan kalimat tunggal. “Feeza, sudah pipis belum?”, tanya saya. “Udah mah, tadi aku pipis disekolah”. Ah ..lega…satu tugas beres, kemudian saya memintanya untuk segera mengganti bajunya dengan baju santai dirumah. Ia memang sudah terbiasa untuk mengganti baju dan memilih baju kesukaannya yang nyaman Ia gunakan untuk bermain dirumah. Setelah beres, Ia menghampiri dan berkata, “Ma, Aku udah ganti baju ni”.  Seperti biasa Ia mengenakan baju kesukaannya lagi. Jika baju itu sudah dicuci dan kering, Ia selalu terpancing untuk menggunakannya lagi dan lagi. Tak apalah, jika memang dirasa nyaman untuknya, dan memang terlihat cocok Ia gunakan. Selanjutnya Saya memintanya segeramakan siang dan tidur siang.
Praktek penggunaan kalimat tunggal kali ini berhasil. Memang benar, kita harus senantiasa mengulang kebiasaan baik agar anak terbiasa. Namun, dengan kalimat tunggal ini anak lebih mengerti, dan segera mengerjakan permintaan kita.
  Senangnya melihat perubahan ini sedikit, demi sedikit  nak, semoga esok lebih baik lagi. Saya masih harus banyak belajar mengenai pola komunikasi yang baik dengan anak. Semangat menuju perubahan lebih baik, harus senantiasa ditanamkan dalam diri agar hasilnya dapat dirasakan dikemudian hari.

#Hari1
#Tantangan10hari
#Komunikasiproduktif
#Kuliahbunsay IIP


 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design