Friday, February 17, 2017

Indahnya Belajar Tak Kenal Usia

Belajar untuk maju itu tak kenal usia ya teman.
Saat itu saya sedang mengikuti ujian akhir semester Universitas Terbuka. Saya tertegun melihat seorang kakek yang semangat datang ke tempat ujian.
Ia begitu percaya diri masuk kedalam ruangan.
Bapak pengawas menegurnya dan berkata, " Nyandak sabaraha SKS dinten Ieu Pak?" "10" jawabnya. Mendengar jawaban sang Kakek kekaguman saya bertambah. Semangat dan percaya dirinya luar biasa.
Ada rasa malu dalam diri ini ketika saya hampir saja menyerah untuk tidak belajar lagi karena kesibukan mengurus anak. Jika tidak dibarengi dengan semangat dari kawan lain dan teguran hangat dari dosen pembimbing mungkin semangat saya runtuh saat itu juga. Namun, Allah masih menyayangi saya.
Saya dipertemukan dengan berbagai orang yang luar biasa saat itu.
Semangat, percaya diri yang tinggi dari mereka telah menampar kemalasan dan keegoisan saya. Melihat semangat juang mereka, saya pun kembali bangkit. Mencoba mengatur kembali waktu keseharian, dan menyempatkan untuk belajar setiap harinya.
Berat memang, karena sambil mengasuh anak yang masih balita. Butuh kerja keras ekstra, apalagi ketika Ia sedang sakit. Ada yang harus diprioritaskan ketika Allah menguji konsistensi dan kedisiplinan saya.
Lagi-lagi pelajaran dalam kehidupanlah yang paling menusuk dan menggores hati, ternyata bukan hanya saya saja yang kesulitan, semua orang mempunyai permasalahan masing-masing. Ketika salah seorang teman menceritakan bahwa Ia harus belajar sambil bekerja di negri sebrang, dan teman lainnya berkata saya juga punya bayi dan anak saya ada 2, dengan segala keruwetan manajemen waktunya, berbagi cerita membuat kami melepas beban sejenak. Aliran rasa yang muncul begitu saja, padahal kami belum pernah bertatap muka sebelumnya. Mengobrol hanya sekejap saat istirahat, sudah cukup membuat beban kami berkurang sedikit.
Pengalaman, dan nasib yang sama membuat kami saling merasakan satu sama lain. Tua, muda, perempuan ataupun laki-laki tak ada batasan. Semua berbagi begitu saja, melepas beban sejenak, dan saling bertukar pikiran. Pertemuan kami pun tidak seperti kuliah di Universitas yang Mahasiswanya bertatap muka, kami hanya bertemu jika mata kuliah yang diambil sama, atau jam ujiannya sama.
Oh ya ... ada lagi, ketika ujian berlangsung, teman sebelah kami bukanlah dari jurusan yang sama, otomatis kami tidak mengenalnya. Pokoknya, kuliah di Universitas ini membutuhkan usaha yang nyata dalam diri masing-masing. Jika tak belajar semalam, ya ... siap-siap mengulang di semester berikutnya.
##################################
Ujian pun berakhir, Saya mengecek nilai di website Universitas Terbuka. Dengan harap cemas akan nilai yang didapat, saya membuka websitenya, dan memasukkan NIM saya.
Deg, deg, deg ... ada harapan nilai bagus akan saya peroleh pada mata kuliah yang saya rasa bisa mengerjakannya. Namun, saya pasrah pada beberapa mata kuliah. Susah ... begitu jawaban semua teman saat saya menanyakan setelah ujian mata kuliah itu berakhir.
Bismillah...
Akhirnya layar laptop memunculkan nilai yang saya peroleh pada semester ini, beberapa nilai yang tidak saya duga menghiasi ragam angka yang saya peroleh.
Ah... segitu aja sudah bersyukur, pikir saya. Waktu itu ada beberapa mata kuliah yang sulit dan memang saya hanya bisa pasrah.
Alhamdulillah hasilnya pun tidak terlalu mengecewakan.
.
Tiba-tiba ada telepon kerumah, saya diminta mewakili jurusan sastra Inggris sebagai mahasiswa. Deg ... emak yang sudah beranak satu ini mulai lagi berdebar tak karuan.
Terima- jangan ... terima - jangan ...
Akhirnya dengan ijin suami dan Mama, saya memberanikan diri datang.
Ups... yang datang masih muda semua. Saya berasa tua sendiri. Eh tapi jangan salah, dipanggil neng bukan Bu saat itu membuat saya senang. Mahmud (mamah muda) mulai beraksi, menjawab pertanyaan assesor dan mulai bertukar pikiran.
Ada satu anak muda yang semangatnya begitu membara. Ia mengambil jurusan MIPA dan mendapat IPK 4. Nilai yang fantastis untuk sistem yang berbeda di Universitas terbuka. Ia menceritakan bagaimana cara belajarnya dan strategi apa yang Ia gunakan agar peluang IPK 4 dicapai dengan mudah. Metode SKS Universitas Terbuka memang memberikan peluang agar mahasiswanya bisa lulus lebih cepat, sehingga dengan nilai IPK 4 target kelulusan dapat direncanakan sesuai dengan keinginan mahasiswanya.
Saya diberikan lagi pelajaran oleh Allah. Seolah Allah berkata, "lihatlah Lia, semangat juangnya hebat sekali." Ternyata setelah panjang lebar bercerita, Ayahnya lah yang selalu memberinya lecutan agar Ia mampu memberikan nilai terbaik.
Saya pun kembali tertunduk, malu ... kenapa kadang saya menyerah dengan keadaan ? Malas belajar membuatmu rugi, begitu pikir saya dalam hati.
Ya Allah ... Engkau memang Maha Pengasih dan Penyayang. Bijak sekali membukakan jalan untuk hamba-Mu yang penuh alpa ini.
Ya ... sejak saat itu, saya tak mau kalah dengan anak muda. Walaupun saya berstatus Mamah Muda😂, Saya ingin lulus kuliah lebih awal. Saya ingin bisa mengamalkan ilmu yang saya peroleh untuk anak-anak saya kelak.
Belajar memang tak pernah ada kata terlambat, dimanapun, kapanpun, selalu ambil hikmahnya. Jadilah gelas kosong yang siap menerima ilmu, agar bisa memperoleh manfaat sebaik-baiknya.
#kabolmenulis6
#day10

0 comments:

Post a Comment

 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design