Saturday, February 25, 2017

Melatih Kemandirian Feeza Kembali

Melatih konsistensi mandiri Nafeeza memang susah-susah gampang. Ternyata perlu trik dan kesabaran yang ekstra supaya bisa menarik napas dengan lega…hehehe… lebay . Tugas ini bukan hanya untuk anaknya, namun juga Ibunya diminta untuk berpikir dan berlatih.
Tak terasa sudah memasuki hari ketiga belajar makan sendiri. Hari ini kondisi saya tidak terlalu fit, sehingga tidak bisa masak yang kaya kreasi. Hanya menu alakadarnya, disertai rasa was-was karena adiknya yang bayi sudah mulai menangis dan minta digendong. Seperti biasa, pagi-pagi setelah Ia bangun, Saya menyuruhnya untuk buang air kecil dan menyikat giginya. Sarapan pagi, Ia hanya minta dibuatkan telur kocok dengan tambahan wortel dan keju parut. Oke… langsung saya buatkan. Masih bisa saya handle, pikir saya. Senang rasanya Ia berkomentar, “Makasih ya Mama, sudah buatin aku telur. Aku kan suka telur.” Ups… melambung rasanya anak memuji, ditengah kesibukan dan kondisi yang tidak fit.
Kurang tidur setiap harinya, membuat badan serasa melayang karena darah rendah. Eits, jangan senang dulu… ternyata menu telur setiap harinya walaupun gampang, mungkin membuatnya sedikit bosan. Saat makanan sudah terhidang dimeja makan, saya menemaninya duduk disebelah dan makan bersama. Namun, Ia hanya berkomentar agar membantunya memotong telur dipiring, dan saya pun menurutinya. Potongan telur perlahan mulai Ia makan, harapan saya dia menghabiskannya sambil duduk dimeja makan ternyata sirna. Pada suapan ke-empat Ia mulai bosan dan berjalan-jalan. Ia meraih benda disekitarnya dan mulai bercerita kesan-kesini, seolah tak ingat makanannya belum habis. Hmm…  mulai lagi deh kesabaran diuji. ”Nafeeza, ayo makannya dihabiskan sambil duduk.” Pinta saya. Ia pun kembali ke meja makan dan mulai memasukkan nasi beberapa suap kedalam mulutnya. Sudah terlihat bosan sebetulnya, tapi saya berusaha mengajaknya menghabiskan makanannya. Hingga akhirnya Ia berdalih, Aku kenyang Mama. “Aku sudah cukup makannya” Ia mencoba bernegosiasi. Hmm… oke sarapan kali ini sampai disini dulu, tapi jangan lupa minum dan berdo’a.
Lain halnya dengan sarapan, saat makan siang tiba, saya berusaha memasak yang agak lengkap. Ada sayur jamur, daging, dan tahu goreng. Lagi-lagi dia menawar, “Aku cuma mau tahunya Mama.” Tarik napas lagi nih dalam-dalam… “Feeza harus makan sayur, biar sehat”. Saya berusaha menjelaskan. Akhirnya setelah tahu dipotong-potong, Ia mau mencoba beberapa suap sayur jamur. Saya berusaha menyiapkan sayurnya dalam sendok, dan Ia yang menyuapkannya kedalam mulutnya. Ya…ini salah satu trik agar Ia mau makan sendiri. Ditemani disebelahnya, dan disiapkan suapan nasinya diatas sendok. Tidak apalah, setahap-demi setahap, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Saat makan malam tiba, Ia berdalih masih kenyang. Saya berusaha menidurkan adiknya terlebih dahulu, dan mengajaknya makan setelah adiknya tidur. Menu dua anak yang cukup berbeda, terkadang membuat saya bingung, harus menghidangkan apa agar makannya lahap. Saya bertanya padanya, “mau makan apa? Daging steak mau?” Ia pun menjawab ” Iya,Mau”. Saya berusaha menghidangkan steak sederhana yang terlintas dalam pikiran. Hanya bumbu sederhana seperti garam, merica, bawang putih dan olive oil. Alhamdulillah, Feeza suka.  Berhubung dagingnya besar, saya memotongnya kecil-kecil sesuai porsi makannya. Saya menyiapkan nasi dan daging yang sudah disuwir dalam satu suapan bola-bola nasi, sehingga Ia hanya tinggal memasukkannya dalam sekali hap.
Diluar dugaan, makannya lahap dan langsung memasukkannya kedalam mulut dengan semangat. Saya melihatnya dan terharu. Mungkin, rasa laparnya sudah muncul kembali setelah Ia menunggu saya agak lama saat menidurkan adiknya. Senang, dan lega rasanya makan malam hari ini ditutup dengan makan sendiri dan duduk ditempat tidak jalan-jalan. Besok–besok dan besoknya lagi, semoga selalu konsisten terus ya nak.
#Kemandiriananak
#KuliahbunsayIIP

#level2         

0 comments:

Post a Comment

 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design