Sunday, July 30, 2017

Belajar Matematika di Rumah Nafeeza


            Hari pertama belajar matematika kami belajar mengenai bentuk-bentuk geometri. Ada bentuk lingkaran,kotak, segitiga dan persegi panjang. Kebetulan salah satu rekan di grup IIP yaitu teh Messa mengirimkan lagu mengenai betuk geometri, kemudian saya beserta 2 anak saya mendengarnya berulang kali dan mencoba mencerna sambil melihat sekeliling mencari contoh bentuk geometri.
           Saat itu kami sedang berada di ruang tamu, jadi kami mengamati contoh bentuk geometri yang ada disana. Berhubung bentuk pesegi panjang adalah bentuk yang paling banyak dijumpai, maka saya menugaskan anak saya untuk menghitung berapa jumlah persegi panjang yang dia lihat. Satu per satu mulai dia tunjuk sekeliling benda yang berbentuk persegi panjang dan ternyata ada 23 bentuk persegi panjang dalam berbagai ukuran. Alhamdulillah Nafeeza sudah bisa menghitung, sementara Zafran adiknya, mendengarkan dan melihat benda-benda yang ditunjuk oleh kakaknya .
         Pelajaran sederhana mengenai bentuk persegi panjang bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Banyak benda disekeliling kita yang bisa dijadikan contoh. Belajar matematika dihari pertama terlihat menyenangkan bagi Nafeeza dan Zafran apalagi sambil bernyanyi dan diiringi irama. Semoga mereka masih bersemangat untuk menemukan momen Aha selanjutnya.

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#ILoveMath
#MathAroundUs
#Day1


Wednesday, July 19, 2017

Full Time Mom Vs Working Mom


            Bahasan tentang Ibu bekerja dan ibu yang tinggal dirumah selalu saja menjadi bahasan yang tak pernah berujung. Topik menarik yang tak pernah ada habisnya. Tidak ada nilai mutlak mana yang benar dan mana yang salah, semua bergantung pada penilaian dan alasan masing-masing ada di posisi tersebut. Setiap orang mempunyai pilihan dalam hidup. Ia yang paling memahami mana yang terbaik untuknya.Tentunya tak lepas dari dasar yang menjadi alasan kuat atas keputusan besar yang telah diambilnya.
            Berikut seklumit cerita Mama Nafeeza dan Zafran ketika sedang bercanda membahas “Mama yang bekerja”.

“Mama boleh kerja ka?”
Pertanyaan iseng yang sengaja kulontarkan pada anak sulungku yang sudah beranjak besar. Kini ia bukan hanya berperan sebagai anaknya Mama, tetapi sudah pandai menyampaikan pendapat.
“Nanti yang jagain Aku sama Dede siapa?”
“Aku main, makan, cerita sama siapa?”
Hmmm… baru dua kalimat saja, hatiku sudah sedih. Tak mampu menahan pusaran air mata haru yang tiba-tiba saja ingin menetes diujung mata.
Dia sudah pandai berpendapat rupanya. Tak hanya kalimat persetujuan, meyakinkan, bahkan menolak ajakan pun sudah sering aku dengar di usianya sekarang ini. Ya… 5 tahun 10 bulan waktu yang cukup lama untuk membangun kedekatan kami bersama.
Sejak kecil, aku tak pernah meninggalkan atau menitipkannya berhari-hari pada orang lain kecuali saat aku sedang melahirkan. Ada ikatan batin yang kuat saat kami sedang menjalani aktivitas bersama. Apalagi jika aktivitas tersebut menyenangkan bagi kami berdua, rasanya anak 5 tahun ini sudah menjadi patner yang seusia denganku.
Maka dapat dibayangkan jika tiba-tiba aku harus bekerja dan meninggalkan mereka. Sebagian besar waktu yang kumiliki akan kuhabiskan diluaran sana, berjibaku dipagi hari dengan macet dan padatnya kendaraan berlalu lintas, tentunya mereka akan protes. Protes mencari haknya untuk ditemani Mama dalam tumbuh kembangnya. Mereka terbiasa dipeluk, dibacakan cerita, dibuatkan cemilan oleh Mama yang satu ini. Walau sebenarnya dirumah pun tentu memiliki segudang aktivitas. Mama yang tetap terlihat dalam pandangan mereka, adalah Mama yang sosoknya selalu dinanti dan ditunggu.
Ibu bekerja atau stay dirumah merupakan pilihan hidup masing-masing. Semuanya baik, tak ada yang bisa disalahkan.
Setiap orang memiliki posisi yang berbeda, terkadang kita merasa kitalah yang paling benar, lebih baik begini… atau lebih baik begitu, namun kita tak paham posisi orang lain.
Keputusan besar bagi working mom yang ingin beralih menjadi Full time Mom ataupun sebaliknya, ada ditangan masing-masing. Tentunya semua memiliki pertimbangan baik-buruknya.
Ada satu hal yang menjadi pengingat dalam diri saya, mengapa saya tetap memilih sebagai Full time Mom, ”Apa alasan saya memilih itu?” 
Kalau kata Bu Septi founder Institut Ibu Profesional dalam kuliah umumnya “ inside dulu baru outside”. Hal ini yang menjadi reminder dalam pola pikir saya, ketika sedang berbenturan dengan sekelebat pendapat yang terkadang menggoda hasrat untuk keluar dari rutinitas.
Jika anda sudah memiliki alasan tepat mengapa anda memilihnya, maka halang rintang sebesar apapunakan anda hadapi.
jadi, memilih dirumah, atau bekerja masing-masing pribadilah yang akan menemukan alasan tepat mengapa saya memilihnya.
Insya Allah, setelah menemukan alasan itu, jalan lain akan lebih mudah dilalui. Persoalan klise yang kerap dihadapi akan menemukan jalan keluarnya satu per satu.
Kini, Ibu bekerja tetap bisa mengurus rumah tangga dengan baik jika tau ilmunya, begitu pula sebaliknya, ibu yang stay dirumah tetap bisa berkarier dan have fun jika tau ilmunya.
            Nafeeza dan Zafran memang sangat membutuhkan Mamanya sekarang, Mama yang bisa mendampingi mereka dalam masa emasnya tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tetap menikmati peran menjadi Ibu rumah tangga, membersamai mereka dalam setiap pencapaiannya.
Bagaimana dengan Mama ? Pernah galau menentukan bekerja atau menjadi Ibu rumah tangga?


Sunday, July 16, 2017

Aliran Rasa Game Level 5 Bunda Sayang

Aliran Rasa Game Level 5 ( Pohon Literasi)

Game level 5 yang mengajak seluruh anggota keluarga untuk rajin membaca mau tidak mau memacu kami untuk selalu bersentuhan dengan buku setiap harinya.

Nafeeza memang sudah berteman setiap hari dengan buku. Ia terbiasa membaca buku yang disukainya walaupun hanya beberapa topik dalam buku tersebut.

Jika sedang menunggu kami berkemas untuk pergi, atau menunggu hidangan sarapan tersaji, biasanya ia mengambil buku dan membacanya.
Tak heran daun yang melambangkan kegemaran Nafeeza membaca adalah daun yang paling subur. Dalam satu hari bisa 3 buku Ia baca. Alhamdulillah tak perlu waktu lama dalam mengajarinya membaca dan cinta pada buku.

Nafeeza pada dasarnya suka mendongeng dan dibacakan dongeng.
Dalam 1 minggu ia tak kan pernah bosan jika dibacakan buku yang itu-itu saja. Bahkan, jika saya sedang sibuk di dapur, saya kerap mendapatinya sedang pura-pura membaca buku dongeng yang biasa saya bacakan, mengikuti nada bicara saya.

Hal ini saya harapkan bisa diterapkan pula pada adiknya. Semoga kelak adiknya bisa rajin membaca juga seperti kakaknya.

Dengan mengenalkan buku sejak dini, saya harap mereka mencintai buku dengan sendirinya tanpa disuruh, karena dengan rajin membaca bermanfaat untuk kehidupannya kelak. Aamiin...

Friday, July 14, 2017

Kata Hati tentang LDR

                    

Ada yang punya pengalaman tinggal LDR dengan suami ? 
Kalau ada, kita tos dulu yuk… pasti Mama punya banyak kata hati tentang LDR, sama seperti saya. Kali ini, saya menuliskan tentang LDR dan pendapat bagaimana kalau suami berbisnis dirumah atau kerja kantoran.
            Saya mengikuti tantangan di grup nulis berhadiah menuliskan topik ini, Alhamdulillah jadi pemenangnya. Yuk simak bareng-bareng Mama, siapa tau kita bisa ngobrol lebih banyak tentang LDR J

"Kapan Aku diajak ke Jakarta, Pah?"
Pertanyaan yang spontan terucap saat minggu malam tiba. Waktu libur 2 hari tak kan pernah cukup untuk memenuhi keinginan kami bercengkrama bersama. Rasanya waktu selalu berlari menemani kebersamaan kami.

Ada rasa sedih yang selalu menyelinap saat menyadari hari minggu akan segera berakhir, karena itu berarti kebersamaan kami di hari libur akan berakhir pula.
Kami harus bersiap menguatkan batin dan fisik untuk kegiatan rutin yang ada didepan sana.
Bukanlah hal yang mudah menguatkan hati kembali untuk siap bekerja dan beraktivitas ditengah asyiknya menikmati detik-detik kebersamaan kumpul keluarga. Apalagi jika salah satu dari anak kami sedang sakit. Rasanya berjuang tanpa teman lebih berat dan sesak. Hehe... lebay.
Hanya Ibu-ibu LDR yang bisa merasakan dan mengerti bagaimana rasanya.

Tak heran, jika setiap suami akan pergi, rasanya ingin selalu memeluknya erat. Menghentikan setiap detik yang berjalan, menikmati helaan napas dan degup jantung yang terdengar, dan tak kan pernah mau melepasnya. Betul kan Bu?

Saat ada pertanyaan "Pilih suami berbisnis atau kerja kantoran?" dalam Grup Nulis Berhadiah, tentunya jleb masuk menembus jantung.
Kalau sudah masuk situasi drama LDR, pastinya semua Ibu-Ibu yang ditinggalkan suaminya akan memilih suaminya berbisnis dirumah.
Keluarga akan tumbuh bersama, saling mencintai, dan menghabiskan waktu tanpa dibatasi weekend atau on duty.
Selain itu, penghasilan yang diterima pun bukan lagi bergantung dari Bos. Semua bergantung pada usaha mandiri bisnis yang dijalankan.
Eiits, tapi jangan salah... bisnis pun tak selamanya mengasyikkan. Banyak lika-liku dan jurang yang tajam untuk dihadapi. Semua harus diperhitungkan dengan matang tanpa gegabah.
Oleh karena itu, sebagai istri, kita hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk suami.

Saya yakin jika saatnya tiba, Pak Suami sudah cukup dengan ilmu dan modalnya, bisnis akan segera dijalani. Harapan untuk tinggal bersama dalam satu atap guna bisa mendidik serta membesarkan anak hingga dewasa kelak akan segera tercapai.
Allah selalu punya rencana terbaik untuk setiap Hamba-Nya. Mungkin saat ini, detik ini, yang terbaik ya seperti ini.

Dalam setiap pengharapan untuk bisa tinggal bersama di satu kota, Pak Suami selalu berujar "Sabar ya, Papa sedang usaha. Doakan usahanya lancar, dan kita bisa segera tinggal bersama.
Nyes, perlahan air mata jatuh membasahi pipi dan menggetarkan hati. "Dibalik ketegarannya, sebenarnya Ia merasakan setiap jengkal harapan istrinya". 

Kalau sudah ada kata-kata begini, mana mungkin bisa mendebat dan "keukeuh" dengan argumen pribadi.
Sabar, sabar ya Bu... batinku dalam hati. Mungkin, hari ini belum tiba saatnya. Semoga ketika saat itu tiba, nikmatnya berkumpul bersama membuat kami semakin mencintai satu sama lain dan keluarga yang kami bina semakin sakinah sebagai bekal menuju Jannah-Nya. Aamiin...

Ini adalah sebagian cuplikan pmbicaraan pasangan LDR, saya yakin masih banyak pengalaman lain dari Mama yang juga mengalami LDR dengan pasangan. Semoga kita segera diberikan jalan untuk tinggal bersama ya Ma :) 




  




 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design