Kalau ada,
kita tos dulu yuk… pasti Mama punya banyak kata hati tentang LDR, sama seperti
saya. Kali ini, saya menuliskan tentang LDR dan pendapat bagaimana kalau suami
berbisnis dirumah atau kerja kantoran.
Saya mengikuti tantangan di grup nulis
berhadiah menuliskan topik ini, Alhamdulillah jadi pemenangnya. Yuk simak
bareng-bareng Mama, siapa tau kita bisa ngobrol lebih banyak tentang LDR J
"Kapan Aku
diajak ke Jakarta, Pah?"
Pertanyaan yang spontan terucap saat minggu
malam tiba. Waktu libur 2 hari tak kan pernah cukup untuk memenuhi keinginan
kami bercengkrama bersama. Rasanya waktu selalu berlari menemani kebersamaan kami.
Ada rasa sedih yang selalu menyelinap saat menyadari hari minggu akan segera berakhir, karena itu berarti kebersamaan kami di hari libur akan berakhir pula.
Kami harus bersiap menguatkan batin dan fisik untuk kegiatan rutin yang ada didepan sana.
Bukanlah hal yang mudah menguatkan hati kembali untuk
siap bekerja dan beraktivitas ditengah asyiknya menikmati detik-detik
kebersamaan kumpul keluarga. Apalagi jika salah satu dari anak kami sedang
sakit. Rasanya berjuang tanpa teman lebih berat dan sesak. Hehe... lebay.
Hanya Ibu-ibu LDR yang bisa merasakan dan mengerti
bagaimana rasanya.
Tak heran, jika setiap suami akan pergi,
rasanya ingin selalu memeluknya erat. Menghentikan setiap detik yang berjalan,
menikmati helaan napas dan degup jantung yang terdengar, dan tak kan pernah mau
melepasnya. Betul kan Bu?
Saat
ada pertanyaan "Pilih suami berbisnis atau kerja kantoran?" dalam
Grup Nulis Berhadiah, tentunya jleb masuk menembus jantung.
Kalau sudah masuk situasi drama LDR, pastinya
semua Ibu-Ibu yang ditinggalkan suaminya akan memilih suaminya berbisnis
dirumah.
Keluarga akan tumbuh bersama, saling
mencintai, dan menghabiskan waktu tanpa dibatasi weekend atau on duty.
Selain itu, penghasilan yang diterima pun
bukan lagi bergantung dari Bos. Semua bergantung pada usaha mandiri bisnis yang
dijalankan.
Eiits, tapi jangan salah... bisnis pun tak
selamanya mengasyikkan. Banyak lika-liku dan jurang yang tajam untuk dihadapi.
Semua harus diperhitungkan dengan matang tanpa gegabah.
Oleh karena itu, sebagai istri, kita hanya
bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk suami.
Saya yakin jika saatnya tiba, Pak Suami sudah
cukup dengan ilmu dan modalnya, bisnis akan segera dijalani. Harapan untuk
tinggal bersama dalam satu atap guna bisa mendidik serta membesarkan anak
hingga dewasa kelak akan segera tercapai.
Allah selalu punya rencana terbaik untuk
setiap Hamba-Nya. Mungkin saat ini, detik ini, yang terbaik ya seperti ini.
Dalam setiap pengharapan untuk bisa tinggal
bersama di satu kota, Pak Suami selalu berujar "Sabar ya, Papa sedang
usaha. Doakan usahanya lancar, dan kita bisa segera tinggal bersama.
Nyes, perlahan air mata jatuh membasahi pipi
dan menggetarkan hati. "Dibalik ketegarannya, sebenarnya Ia merasakan
setiap jengkal harapan istrinya".
Kalau sudah ada kata-kata begini, mana mungkin bisa mendebat dan "keukeuh" dengan argumen pribadi.
Sabar,
sabar ya Bu... batinku dalam hati. Mungkin, hari ini belum tiba saatnya. Semoga
ketika saat itu tiba, nikmatnya berkumpul bersama membuat kami semakin
mencintai satu sama lain dan keluarga yang kami bina semakin sakinah sebagai
bekal menuju Jannah-Nya. Aamiin...
Ini adalah sebagian cuplikan pmbicaraan pasangan LDR, saya yakin masih banyak pengalaman lain dari Mama yang juga mengalami LDR dengan pasangan. Semoga kita segera diberikan jalan untuk tinggal bersama ya Ma :)
0 comments:
Post a Comment