Wednesday, December 6, 2017

Mendongeng, Sarana Edukasi dan Kedekatan Anggota Keluarga

Mendongeng Bersama sang Buah Hati



                Mendongeng adalah kegiatan yang paling disukai Nafeeza sejak usianya masih 2 tahun. Melalui dongeng ia bisa mempelajari banyak hal dalam kehidupan. Kosa katanya semakin bertambah, matanya berbinar, dan tak pernah merasa bosan dengan kegiatan yang satu ini. Malah terkadang saya yang kewalahan mencari ide segar dan baru agar dongeng yang ia dengarkan tidak langsung di stop karena ia merasa bosan.
            Kegiatan mendongeng biasanya rutin dilakukan menjelang tidur siang, sore hari, atau menjelang tidur malam. Seperti ada sesuatu yang kurang saat dongeng terlewatkan dalam sehari. Bahkan kini durasinya harus panjang, jalan cerita yang rame, dan tidak berakhir dengan kisah sedih.


                   Baiklah, kali ini Mama mulai mengarang cerita, saking seringnya mendongeng, terkadang ide spontan lebih sering mengalir begitu saja, dan hal ini lebih disukai ketimbang membaca buku yang serius. Mungkin karena ekspresi muka, intonasi suara, dan gesture tubuh  spontan dianggap lebih lucu.   
                  Entah darimana ide itu muncul, saya langsung bercerita tentang Hanny seekor ayam betina yang hidup di peternakan bersama 3 binatang peliharaan lainnya. Namun,tak jauh dari peternakan, ada beberapa binatang liar yang sering masuk tiba-tiba dan memakan binatang ternak. Dongeng pun dimulai… jeng jeng jeng…

               Nafeeza dan Zafran menyimak dengan seksama. Mereka sudah bersiap dengan dongeng yang akan saya ceritakan.

    Pagi yang cerah di peternakan Pak Henry. Semua binatang sedang menikmati sarapan paginya. Mereka sudah terbiasa menikmati sarapan bersama. Ada Hanny si ayam betina yang baru saja mengeluarkan 5 telurnya, Momo si sapi, Goti si kambing, dan Cici si kelinci. Mereka hidup berdampingan dan saling membantu satu sama lain.

             Tiba-tiba saja Hanny berteriak kencang dari dalam kandangnya, semua binatang termasuk Pak Henry menjadi kaget dibuatnya. Mereka bergegas masuk ke dalam kandang Hanny dan memeriksa apa yang terjadi.

“Telur ayamku hilang 1 teman-teman.” Hanny bercerita sambil menangis sesenggukan, ia terlihat sedih sekali. Beberapa kali ia mengecek jumlah telur yang sedang dierami olehnya, ia yakin, ada 5 telur saat ia mengeraminya semalam. Namun, saat sarapan pagi tiba, setelah beranjak membenarkan posisi duduknya, ia hanya melihat ada 4 telur ayam.

            Semua binatang tampak kebingungan, dalam sekejap kandang ayam Hanny menjadi ricuh karena berbagai omongan dan pendapat para binatang ternak. Pak Henry yang mendengar semua itu, lalu mendapat ide. Ia membawa 4 stok paket makanan yang langsung dibagikan pada binatang ternak tersebut.

            Perlahan, ia mulai menceritakan aturan mainnya. Paket makanan tersebut harus mereka jaga sampai besok pagi, jika makanan ternak tersebut habis, atau berkurang, maka akan terlihat siapa pencuri telur ayam milik Hanny si ayam betina.

            Hari berlalu begitu cepat. Keesokan paginya, Pak Henry memanggil semua binatang ternak untuk berkumpul di lapangan dengan membawa paket makanan yang sudah diberikan kemarin. Terlihat paket makanan di depan masing-masing binatang ternak msih utuh seperti kemarin. Tak ada satu pun yang menghabiskan paketnya, atau memakan sebagian. Mereka begitu amanah menjaganya sesuai instruksi pemilik peternakan.

             Hanny yang merasa kebingungan segera bertanya pada pak Henry, “Apa rencanamu sekarang Pak? semua paket makanan itu utuh. Tidak ada yang memakannya."

           Pak Henry yang banyak akal langsung menjawab dengan tenang, “Ya, Aku tau. binatang ternak peliharaanku adalah binatang yang baik, namun sekarang aku sudah tau siapa pencurinya.”Jawabnya dengan yakin. Sejak semalam, dibelakang peternakannya, ia mendengar ada desis suara ular yang mengincar. Ia tidak langsung menangkapnya karena ingin tau apa benar ular itu yang sudah mengambil telur ayam milik Hanny. Sebagai antisipasi ia sudah menaburkan garam sebanyak mungkin disekeliling peternakan.  

             Benar saja, pagi itu, tanpa diketahui oleh binatang ternaknya, Ia melihat ada ular yang terkulai lemas dibelakang peternakannya. Mungkin Ular tersebut tidak bisa bergerak karena tubuhnya yang sensitif sudah terkena garam dimana-mana. Selain itu, telur ayam yang ia makan ternyata membuat perutnya melilit, karena telur tersebut busuk.

            Berbondong-bondong Hanny, Cici, Goti, dan Momo segera melihat ular itu. Mereka merasa jijik tapi juga kasihan. Terlihat ular tersebut seperti sedang meregang nyawa, bergerak kesana kemari kesakitan.

            Nah, teman-teman sekarang kita sudah tau siapa pelakunya. “Ular liar itu mungkin masuk ke dalam kandang Hanny, karena Hanny lupa mengunci pintu kandangnya,” ujar Cici. Hanny pun mengakui malam itu Ia memang teledor lupa mengunci pintu.

            “Terima Kasih bantuannya Pak Henry,”ujar Hanny. Walaupun telur anak ayamnya berkurang satu, namun Ia sudah mengetahui siapa pencurinya sekarang. Ia berjanji tidak akan teledor lagi dalam mengunci pintu kandangnya.

            Nafeeza dan Zafran senang mendengarkan ceritanya. Apalagi saat mendengar bunyi kokokan ayam yang mengagetkan konsentrasi mereka. Hikmah yang bisa diambil dari cerita ini adalah kita harus waspada dengan lingkungan sekitar. Membiasakan untuk mengunci pintu sebelum tidur supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Selain itu, kita harus menjaga barang yang sudah diberikan kepada kita sesuai perintah. Tidak mengambil atau menggunakannya tanpa ijin dari pemiliknya.  

#Tantangan10 hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination


            

0 comments:

Post a Comment

 

Circle Life of Shalia Template by Ipietoon Cute Blog Design